Prancis Tuding Vaksin Sputnik V adalah Alat Propaganda Rusia

- 30 Maret 2021, 10:35 WIB
Ilustrasi vaksinasi - PBNU berharap agar masyarakat tidak perlu   untuk risau soal vaksinasi Covid-19, karena vaksin dinilai bisa tngkatkan imunitas tubuh,*
Ilustrasi vaksinasi - PBNU berharap agar masyarakat tidak perlu untuk risau soal vaksinasi Covid-19, karena vaksin dinilai bisa tngkatkan imunitas tubuh,* /Unsplash/Mat Napo

SEPUTARTANGSEL.COM – Vaksin buatan Rusia untuk Covid-19, Sputnik V, menimbulkan kontroversi di Prancis.

Prancis menuduh Rusia menggunakan vaksin tersebut sebagai alat propaganda untuk menyebarkan pengaruh dan hegemoni Moskow ketimbang melawan pandemi.

“Dalam hal pengelolaanya, itu lebih menyerupai sarana propaganda dan diplomasi agresif kerimbang sarana solidaritas dan bantuan kesehatan,” kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Drian.

Baca Juga: Mantan GAM Ikut Hadiri Acara Ini, Apa Permintaan Mereka?

Baca Juga: Anda Seorang Deadliner? Perhatikan Efek Positif dan Negatif Ini

Le Drian mengatakan Rusia dan China menggunakan vaksin demi tujuan propaganda dan menyebarkan pengaruhnya sebelum melakukan vaksinasi pada warganya sendiri.

Menteri tersebut mengatakan Rusia telah mengumumkan dengan menarik banyak perhatian media bahwa mereka akan mengirimkan 30 ribu dosis vaksin ke Tunisia.

Sementara inisiatif COVAX yang didukung PBB telah mengirimkan 100 ribu dosis ke negara Afrika utara itu, dengan 400 ribu lagi akan datang pada Mei.

Baca Juga: Apa Pesan Jusuf Kalla Pasca Meninjau Lokasi Serangan Bom Bunuh Diri?

Baca Juga: Konsumsi Gula Pasir Meningkat di Bulan Ramadan, Kenali Perbedaannya

"Seperti itulah kerja solidaritas yang nyata, itulah kerja sama kesehatan yang sejati," kata Le Drian.

Dikutip dari The Moscow Times pada 26 Maret 2021, Kremlin menolak bahwa Rusia dan China menggunakan vaksin sebagai alat untuk memenangkan pengaruh geopolitik.

"Kami benar-benar tidak setuju dengan fakta bahwa Rusia dan China sedang melancarkan perang," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

Baca Juga: Menurut Survei, Istana Diyakini Tak Terlibat KLB Partai Demokrat

Baca Juga: Di India, WhatsApp Akan Diselidiki Soal Kebijakan Privasi

"Kami sama sekali tidak setuju dengan fakta bahwa Rusia dan China menggunakan pandemi virus corona dan vaksin sebagai alat pengaruhnya," tambahnya.

Rusia mendaftarkan Sputnik V pada bulan Agustus menjelang uji klinis skala besar.

Ulasan selanjutnya sebagian besar positif, jurnal medis terkemuka The Lancet menunjukkan itu aman dan lebih dari 90% efektif.

Editor: Ignatius Dwiana


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah