Kisah Perjuangan Konselor Edukator Di Wilayah Sulit

- 21 Desember 2020, 13:45 WIB
Stephanie Amalia saat sedang memberikan materi.
Stephanie Amalia saat sedang memberikan materi. /Foto: Dokumen Médecins Sans Frontières/

Baca Juga: Politisi PDIP Siap Jadi Penjamin Kebebasan Habib Rizieq, Ini Syaratnya

Baca Juga: Bayi Lahir Dengan Antibodi Covid-19 Disebut Dokter Sebagai Temuan Baru

Labuan dan Carita hanya berjarak sekitar tiga setengah jam dari Jakarta. Namun, kehidupan di tempat itu sangat berbeda.

Di jalan utama terdapat hotel, restoran dan pertokoan. Pemandangannya menjadi berbeda saat menyusuri jalan berbatu-batu dan melewati hutan kecil. Di tempat itu terdapat desa-desa di mana banyak orang hidup dalam kondisi yang memprihatinkan. 

“Sebagai konselor edukator, saya tidak hanya duduk di kantor atau di fasilitas kesehatan. Saya juga melakukan kunjungan rumah dengan bidan MSF untuk memantau kondisi ibu remaja yang sedang hamil,” katanya.

Baca Juga: Pasar Vaksin di Dark Web dan Penipuan Pandemi Lainnya

Baca Juga: Yakin Warganya Paham, Israel Tak Paksakan Vaksinasi

"Mereka tinggal di tempat yang sangat berbeda. Sinyal telepon buruk, jauh dari jalan raya."

Di desa terdapat fasilitas kesehatan pendukung yang hanya dikelola seorang perawat. Mereka bekerja dengan baik. Tetapi karena keadaan lokasi menyebabkan fasilitas kesehatan kosong hampir sepanjang waktu.

Ketiadaan Sinyal Telepon

Halaman:

Editor: Ignatius Dwiana


Tags

Terkini