SEPUTARTANGSEL.COM - Perdagangan antara China dan Rusia ikut menerima dampak dari invasi Moscow ke Ukraina.
Nilai rubel yang tidak stabil mempengaruhi ekspor China ke Rusia yang merupakan efek dari sanksi-sanksi negara Barat.
Sanksi yang diberikan oleh negara-negara Barat akibat invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina semakin memperburuk kondisi ekonomi Moscow termasuk perdagangannya dengan China.
Baca Juga: Miliarder Rusia, Roman Abramovich Alami Kebutaan karena Keracunan Usai Perundingan Rusia-Ukraina
Bagi perusahaan multinasional China, sanksi terhadap Rusia tak membuatnya mundur, akan tetapi berbeda dengan pengusaha yang berskala kecil.
"Produk yang seharusnya saya kirim ke Rusia tersimpan di gudang saya," kata Deng Jinling, pemilik pabrik termos vakum di China Timur, dilansir SeputarTangsel.Com dari Reuters, Jumat 1 April 2022.
"Klien kami semua menunggu untuk melihat apakah nilai tukar dapat sedikit meningkat. Biaya mereka terlalu tinggi dengan nilai tukar saat ini," ujar Deng Jinling lagi.
Baca Juga: Rusia tak Hentikan Serangan ke Ukraina di Tengah Perundingan Damai di Turki
Diketahui bahwa selama ini China merupakan sumber impor terbesar Rusia, bahkan selama Januari dan Februari 2022 tercatat penjualan senilai 12,6 miliar dolar.