Roket Menghantam Ukraina Barat, Joe Biden di Polandia Mengecam Kekuasaan Putin

- 27 Maret 2022, 07:53 WIB
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden berikan pidatonya untuk Putin dari Polandia
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden berikan pidatonya untuk Putin dari Polandia /Reuters/Jonathan Ernst/

SEPUTARTANGSEL.COM - Roket telah menghantam kota Lviv di Ukraina Barat pada hari Sabtu, 26 Maret 2022 waktu setempat atau Minggu, 27 Maret 2022 WIB.

Saat serangan roket terjadi di Ukraina Barat, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sedang mencela kekuatan Presiden Rusia Vladimir Putin di dalam pidatonya di Polandia.

Pertempuran sengit yang berkecamuk di beberapa bagian Ukraina karena invasi Rusia, menunjukkan tidak akan ada penyelesaian cepat dalam perang yang telah berlangsung selama sebulan itu.

Baca Juga: Kremlin: Rusia Hanya Akan Gunakan Senjata Nuklir Bila Terancam

Sementara Joe Biden membingkai pertarungan yang terjadi sebagai bagian dari perjuangan bersejarah untuk kebebasan demokrasi, ia mulai mengecam kekuatan Putin dalam pidato utama dari Polandia.

Pidato tersebut merupakan cara Joe Biden untuk memperkuat tekad Barat.

"Demi Tuhan, orang ini tidak bisa tetap berkuasa," kata Joe Biden, dilansir SeputarTangsel.Com dari Reuters pada Minggu, 27 Maret 2022.

Baca Juga: Militer Ukraina Peringatkan Warganya untuk Siap Hadapi Tembakan Pasukan Rusia yang Membabi Buta

Menurut seorang pejabat Gedung Putih, ia mengatakan bahwa Joe Biden tidak menyerukan untuk perubahan rezim, tetapi hanya mengatakan bahwa Putin tidak diizinkan menjalankan otoritas atas tetangganya (Ukraina) atau wilayahnya (Rusia).

"Putin tidak dapat diizinkan untuk menjalankan kekuasaan atas tetangganya atau wilayahnya,” kata pejabat tersebut.

Menurut juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, seorang diplomat Rusia menolak komentar Biden, ia mengungkapkan bahwa bukan Biden yang harus memutuskan.

"Bukan Biden yang memutuskan, Presiden Rusia dipilih oleh Rusia,” ungkapnya.

Baca Juga: Australia Larang Ekspor Alumina ke Rusia Imbas Serangan ke Ukraina

Setelah lebih dari empat minggu pertempuran, Rusia gagal merebut kota besar Ukraina dan konflik tersebut telah menewaskan ribuan orang.

Menurut perhitungan PBB, akibat perang tersebut, hampir 3,8 juta orang dikirim ke luar negeri dan lebih dari setengah anak-anak Ukraina terusir dari rumah mereka.

Moskow mengisyaratkan pada hari Jumat, 25 Maret 2022 lalu, bahwa pihaknya mengurangi ambisi militernya untuk fokus pada wilayah yang diklaim oleh separatis yang didukung Rusia di timur Ukraina.

Baca Juga: Ukraina Tolak Serahkan Mariupol meski Rusia Peringatkan 'Malapetaka' Kemanusiaan

Tetapi pada hari Sabtu keesokan harinya, empat roket menghantam pinggiran Lviv, sekitar 60 km dari perbatasan Polandia.

Penyerangan Rusia dengan hujan roket ini merupakan yang pertama kalinya terjadi sejak invasi Moskow.

Kota Ukraina Barat sejauh ini lolos dari pemboman berat dan pertempuran yang telah menghancurkan kota-kota lain yang lebih dekat ke Rusia.

Gubernur Regional Maksym Kozytskyy mengungkapkan bahwa kurang lebih ada lima orang terluka dan ada penduduk yang disuruh pergi ke tempat penampungan setelah serangan awal terjadi pada sore hari.

Baca Juga: Tiga Negara Baltik Usir 10 Diplomat Rusia Sebagai Bentuk Solidaritas untuk Ukraina

Pejabat Ukraina kemudian melaporkan serangan lain secara signifikan merusak infrastruktur Lviv tetapi sejauh ini tidak ada kematian yang dilaporkan.

Pasukan Rusia juga merebut Slavutych, sebuah kota di mana para pekerja di dekat pembangkit nuklir Chernobyl yang sudah tidak beroperasi tinggal, dan ada tiga orang yang tewas dalam perebutan wilayah tersebut.

Slavutych berada tepat di luar sekitar wilayah Chernobyl yang disebut zona eksklusi, yang juga merupakan lokasi bencana nuklir terburuk di dunia pada 1986.

Staf Ukraina terus bekerja di Chernobyl setelah pabrik tersebut direbut oleh pasukan Rusia segera setelah dimulainya invasi pada 24 Februari 2022 lalu.

Baca Juga: Rusia Peringatkan Amerika Serikat: Kami Punya Kekuatan untuk Tempatkan Anda di Tempat Anda

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah menyatakan kekhawatirannya tentang situasi buruk, jika pekerja tidak dapat melakukan rotasi.

Di kota selatan Mariupol yang telah dikelilingi oleh Rusia, Walikota Vadym Boichenko mengatakan situasinya tetap kritis, dengan pertempuran yang terjadi di tengah kota Mariupol.

Kota Mariupol sekarang telah menjadi puing-puing setelah dihancurkan oleh tembakan Rusia selama berminggu-minggu.

Dalam pidatonya di Forum Doha Qatar, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membandingkan kehancuran di Mariupol dengan kehancuran yang ditimbulkan di kota Aleppo di Suriah oleh pasukan gabungan Suriah dan Rusia dalam perang saudara di Suriah.

"Mereka menghancurkan pelabuhan kami," kata Zelensky.

Presiden Ukraina tersebut, memperingatkan konsekuensi yang mengerikan jika negaranya yang merupakan salah satu produsen biji-bijian utama dunia, tidak dapat mengekspor bahan makanannya, maka akan menjadi pukulan berat bagi seluruh dunia.

"Menimbulkan pukulan bagi negara-negara di seluruh dunia,” ungkapnya.

Berbicara melalui tautan video, Zelensky mulai mendesak negara-negara penghasil energi untuk meningkatkan produksi mereka sehingga Rusia tidak dapat menggunakan kekayaan minyak dan gasnya untuk "memeras" negara lain.

Zelensky dalam panggilan telepon dengan mitra Polandia Andrzej Duda pada hari Sabtu juga menyatakan kekecewaannya bahwa pesawat tempur buatan Soviet di Eropa Timur belum dipindahkan ke Ukraina.

Serta Zelensky juga kecewa pada Washington yang telah menolak tawaran mengejutkan oleh Polandia untuk mentransfer jet tempur MiG-29 buatan Rusia ke pangkalan AS di Jerman untuk mengisi kembali angkatan udara Ukraina.***

Editor: H Prastya


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x