Menurut mantan Dosen Filsafat Universitas Indonesia itu, Jokowi hanya menginginkan hasil yang instan tanpa perlu perencanaan dan pembangunan bangsa.
"Kalau kita mau fair, mestinya kita bangun dulu SDM baru kita bangun infrastruktur. Tapi itu nggak mungkin terjadi karena Presiden Jokowi sendiri yang ingin segera memperlihatkan hasilnya tanpa perlu menunggu perencanaan dan pembangunan bangsa Indonesia," ujarnya.
Karenanya, Rocky pun menuturkan bahwa gagasan revolusi mental Jokowi hanyalah sebuah wacana.
Pasalnya, keinginan untuk membangun karakter dan kualitas SDM justru digantikan dengan mengimpor TKA asal China.
Salah seorang pendiri Setara Institute itu menegaskan bahwa tidak semua kegiatan tambang membutuhkan teknologi yang rumit.
Di antaranya yakni pembangunan turbin dan pemetaan, sehingga menurutnya masih bisa mempekerjakan para lulusan STM atau ahli geodesi asal Indonesia.
Baca Juga: PLN Oversupply, Presiden Jokowi Minta Gas Rumah Tangga Diganti Listrik Semua
"Proyek itu yang bisa dikerjakan orang STM. Apa susahnya bikin turbin, lakukan pemetaan? Ahli-ahli geodesi kita di awal itu nggak perlu dari luar, mengoperasikan beco-beco itu hal yang sederhana," tegasnya.
"Ngangkut buldozer di atas truk, itu sopir Medan yang paling canggih. Nggak perlu sopir dari luar negeri," imbuhnya.