Hal ini mereka serukan saat kunjungan ke markas organisasi PBB di New York pada Kamis 21 Oktober 2021.
"Ketika Taliban mengambil Afghanistan ... mereka mengatakan bahwa mereka akan memberikan izin kepada perempuan untuk melanjutkan pekerjaan mereka, untuk kembali ke sekolah, tetapi mereka tidak menepati janji itu," kata Fareed mantan politisi Afghanistan.
Baca Juga: Menyusul Perundingan Denuklirisasi, Korea Utara Tembakan Rudal Balistik Dari Kapal Selam
Taliban telah bersumpah untuk menghormati hak-hak perempuan sesuai dengan syariah, atau hukum Islam.
Namun kenyataannya di bawah pemerintahan Taliban dari tahun 1996 hingga 2001, perempuan tidak dapat bekerja dan anak perempuan dilarang bersekolah. Perempuan harus menutupi wajah mereka dan ditemani oleh kerabat laki-laki ketika mereka meninggalkan rumah.
Desakan para wanita Afghanistan ini telah diterima oleh PBB dan akan mempertimbangkan siapa yang harus mewakili Afghanistan di mata Dunia.
Baca Juga: Myanmar Bebaskan Ratusan Tahanan Politik di Bawah Tekanan ASEAN
Disamping desakan tersebut, Taliban telah menunjuk Suhail Shaheen sebagai duta besar PBB, sementara Ghulam Isaczai utusan Afghanistan untuk PBB berusaha untuk tetap berada di kursi negara itu.
Negara-negara anggota PBB diperkirakan akan membuat keputusan pada akhir tahun ini untuk menentukan siapa yang berhak wakili Afghanistan.
Mantan diplomat Afghanistan Asila Wardak, berharap kepada negara-negara di PBB untuk menekan Taliban agar memenuhi semua janji-janji.