Perdagangan China dengan Rusia Ikut Kena Imbas dari Invasi Ukraina

2 April 2022, 05:55 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin saat menghadiri pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing /Aleksey Druzhinin/Reuters/

SEPUTARTANGSEL.COM - Perdagangan antara China dan Rusia ikut menerima dampak dari invasi Moscow ke Ukraina.

Nilai rubel yang tidak stabil mempengaruhi ekspor China ke Rusia yang merupakan efek dari sanksi-sanksi negara Barat.

Sanksi yang diberikan oleh negara-negara Barat akibat invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina semakin memperburuk kondisi ekonomi Moscow termasuk perdagangannya dengan China.

Baca Juga: Miliarder Rusia, Roman Abramovich Alami Kebutaan karena Keracunan Usai Perundingan Rusia-Ukraina

Bagi perusahaan multinasional China, sanksi terhadap Rusia tak membuatnya mundur, akan tetapi berbeda dengan pengusaha yang berskala kecil.

"Produk yang seharusnya saya kirim ke Rusia tersimpan di gudang saya," kata Deng Jinling, pemilik pabrik termos vakum di China Timur, dilansir SeputarTangsel.Com dari Reuters, Jumat 1 April 2022.

"Klien kami semua menunggu untuk melihat apakah nilai tukar dapat sedikit meningkat. Biaya mereka terlalu tinggi dengan nilai tukar saat ini," ujar Deng Jinling lagi.

Baca Juga: Rusia tak Hentikan Serangan ke Ukraina di Tengah Perundingan Damai di Turki

Diketahui bahwa selama ini China merupakan sumber impor terbesar Rusia, bahkan selama Januari dan Februari 2022 tercatat penjualan senilai 12,6 miliar dolar.

Hingga kini baik importir Rusia maupun eksportir China masih menunda bisnis karena rubel yang masih bergerak layaknya roller coaster.

Depresiasi yang terjadi pada rubel membuat pebisnis kehilangan uang setiap kali ada penjualan, sehingga beberapa pengusaha bersedia mengganti dengan yuan China.

Baca Juga: Kremlin: Rusia Hanya Akan Gunakan Senjata Nuklir Bila Terancam

Namun kesedian membayar barang dengan yuan China tak membuat banyak perbedaan, bahkan permintaan untuk layanan pergudangan di Rusia telah merosot seperlimanya.

Dengan banyaknya sanksi yang diberikan oleh negara Barat membuat perdagangan antara China dan Rusia ikut terganggu hingga tak mungkin dilakukan untuk sementara ini.***

Editor: Dwi Novianto

Tags

Terkini

Terpopuler