Amerika Serikat Larang Impor Minyak Rusia, Wall Street Alami Kemerosotan

- 9 Maret 2022, 07:59 WIB
Ilustrasi Wall Street
Ilustrasi Wall Street /REUTERS/

SEPUTARTANGSEL.COM - Harga minyak menetap menjadi empat persen lebih tinggi pada perdagangan Rabu, 9 Maret 2022.

Wall Street menjadi sulit dalam mempertahankan perdagangan, dan menjadi rendah pada akhir transaksi di hari Rabu pagi.

Hal ini disebabkan karena Amerika Serikat melarang impor minyak Rusia, dan Inggris juga mengatakan akan menghapusnya secara bertahap hingga akhir tahun.

Baca Juga: Saham Inggris dan Jerman Terus Merosot Dua Hari Berturut-turut , DAX 20 Anjlok 3,85 Persen

Keputusan ini diperkirakan akan mengganggu pasar energi global karena Rusia merupakan pengekspor minyak mentah terbesar kedua di dunia.

Para investor mulai mempertimbangkan perkembangan cepat di sekitar krisis di Ukraina, karena larangan Amerika Serikat dalam impor minyak Rusia dan energi lainnya atas invasi Rusia di Ukraina.

Dilansir SeputarTangsel.Com dari Antara pada Rabu, 9 Maret 2022, Indeks Dow Jones Industrial Average mulai merosot menjadi 184,74 poin atau sebesar 0,56 persen, menjadi menetap di 32.632,64 poin.

Baca Juga: Imbas Serang Ukraina, NYSE Hentikan Perdagangan Saham Berbasis di Rusia

Indeks S&P 500 merupakan indek yang terdiri dari saham 500 perusahaan terbesar dari berbagai sektor yang terdaftar dalam bursa saham AS. Telah mengalami kehilangan sebanyak 30,39 poin atau sebesar 0,72 persen, menjadi berakhir di 4.170,70 poin.

Indeks Komposit Nasdaq berkurang 35,41 poin atau 0,28 persen, menjadi ditutup di 12.795,55 poin.

Sembilan dari sebelas sektor utama yang ada dalam S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor kebutuhan pokok konsumen dan perawatan kesehatan masing-masing jatuh pada 2,64 persen dan 2,11 persen, memimpin penurunan.

Baca Juga: Mata Uang Euro Perlahan Pulih di Asia Setelah Jatuh Saat Invasi Rusia ke Ukraina

Sektor energi dan konsumen noprimer masing-masing naik menjadi 1,39 persen dan 0,06 persen, hanya dua kelompok yang menguat.

Menurut kepala eksekutif di Horizon Investment Services di Hammond, Indiana. Chuck Carlson, berpikir bahwa saham di S&P 500 mengalami penurunan yang cukup besar.

"Saya pikir itu hanya investor yang mencoba untuk menyelidiki apakah layak membeli penurunan dan kami mengalami penurunan yang sangat besar kemarin," kata Carlson.

Menurutnya juga, setiap kali pembelian tampaknya menjadi sedikit tidak terkendali, tampak seperti ada penjual yang bersedia masuk.

“Bagi saya, ini adalah pasar pedagang dan orang-orang yang mencari momentum jangka pendek bergeser ke perdagangan,” kata Carlson.

Keuntungan dalam saham pertumbuhan yang naik seperti Tesla, Meta Platforms dan Alphabet diharapkan dapat membantu mengurangi kerugian untuk S&P 500. Serta menguatnya sektor energi yang menguat sebanyak 1,4 persen pada kinerja yang menonjol pada tahun ini.

Harga minyak mentah terus melonjak setelah di berlakukannya sanksi ke Rusia. Saat ini, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei ini melonjak 4,77 dolar AS atau 3,9 persen, menjadi menetap di 127,98 dolar AS per barel, setelah mencapai tertinggi sesi di 133,09 dolar AS.

Sedangkan untuk minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat menjadi 4,30 dolar AS atau sebesar 3,6 persen, menjadi ditutup di 123,70 dolar AS per barel, setelah mencapai tertinggi sesi 129,40 dolar AS, pada Rabu pagi WIB.

Yang mengakibatkan ketidakpastian terhadap perekonomian AS dan dampaknya pada dunia. Para investor pun khawatir atas dampak dari krisis perang antara Rusia dan Ukraina.***

Editor: Dwi Novianto


Tags

Terkait

Terkini