Demo Omnibus Law UU Cipta Kerja Masih Terjadi, Luhut Rayu Investor Jerman ke Indonesia

- 20 Oktober 2020, 14:24 WIB
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. /- Foto: ANTARA/HO-Kemenko Kemaritiman dan Investasi/am./

SEPUTARTANGSEL.COM – Investor Jerman dirayu untuk menjadikan Indonesia sebagai hub manufaktur untuk kawasan Asia Tenggara.

Karena Indonesia dinilai punya ekonomi terbesar di ASEAN sehingga dapat menguntungkan jika kerja sama ini terjalin.

Rayuan ini dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, saat memberikan sambutan pada acara Asia-Pacific Conference of German Business secara virtual pada Senin 19 Oktober 2020.

Baca Juga: Ronaldo Absen di Laga Pertama Liga Champions 2020-2021, Akankah Pirlo Mainkan Dybala?

Baca Juga: Cuti Bersama Oktober - Desember 2020, Berikut Daftar Hari dan Tanggalnya

"Indonesia memiliki ekonomi terbesar di ASEAN, dengan 273 juta penduduk dan PDB senilai lebih dari 1 triliun dolar AS," kata Luhut.

Luhut mengajak kerja sama agar saling mendapatkan untung antara Indonesia dengan pemangku kepentingan terkait.

Kerja sama itu bisa bergerak di bidang ekonomi, ketenagakerjaan, kesehatan, dan teknologi.

Luhut tidak hanya mengajak kerja sama di lingkup ASEAN, tapi juga mengajak non ASEAN. Misalnya, Indonesia dengan Uni Eropa (UE) melalui perjanjian kerja sama ekonomi Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).

Baca Juga: Didemo di Jakarta, Presiden Jokowi Sambut PM Jepang di Istana Bogor

Baca Juga: Antisipasi Evakuasi Saat Banjir, Gulkamat DKI Jakarta Siagakan 280 Unit Perahu Karet

Dengan platform tersebut, kemitraan strategis Indonesia dan UE dinilai akan semakin konkret.

Luhut mengungkapkan, Indonesia juga tengah mendorong investasi di bidang kesehatan, yang dilakukan dengan memberikan otonomi yang lebih luas di sektor bahan baku aktif farmasi (active pharmaceutical ingredients) dan investasi rumah sakit.

"Lebih dari 600 ribu 'wisatawan medis' asal Indonesia berobat ke Singapura, Malaysia, Amerika Serikat , Thailand, dan lain-lain. Mereka menghabiskan miliaran dolar per tahun di luar negeri, kenapa tidak kita buka lebih banyak RS Internasional di Indonesia," kata Luhut di Jakarta, Selasa 20 Oktober 2020.

Baca Juga: Rp890 Miliar untuk Dana BOS Madrasah dan Pesantren Segera Cair

Baca Juga: Daftar BLT UMKM Online BPUM Dibuka Sekarang, Lewat Link Depkop Ini

"Semangatnya adalah mengamankan devisa," tambahnya, dikutip Seputartangsel.com dari Antara, 

Luhut mengatakan Indonesia juga sedang mengembangkan industri baterai lithium berbahan baku nikel, kobalt, bauksit, dan tembaga.

Ia menyebut baterai lithium akan semakin banyak digunakan di masa depan, seperti untuk mobil elektrik, microgrids, dan produk elektronik.

Baca Juga: Harga Emas Hari Ini di Pegadaian, Antam dan UBS Mengalami Penurunan

Baca Juga: Waspada, BMKG Prediksi DKI Jakarta Diguyur Hujan Lebat, Petir dan Angin Kencang Sepekan ke Depan

Meski masih mendapatkan banyak penolakan dari berbagai kalangan, pemerintah Indonesia menilai dengan adanya Undang-Undang (UU) cipta Kerja atau Omnibus Law dapat melakukan langkah progresif dalam memperbaiki iklim berusaha di Indonesia.

Selain itu, UU Cipta Kerja diklaim menyederhanakan 8.451 aturan nasional dan 15.965 aturan regional yang membebani bisnis skala kecil, menengah, maupun besar.

Menurut mantan Menko Polhukam itu, pedoman kebijakan Indo-Pasifik yang dirancang oleh pemerintah federal Jerman pada September lalu.

Baca Juga: Tak Hanya Cuaca Ekstrem, Kekeringan Meteorologis Akibat Fenomena La Nina Terjadi di Empat Provinsi

Baca Juga: Ada Demo Omnibus Law UU Cipta Kerja, Sebagian Jalan Medan Merdeka Barat Ditutup

Pedoman tersebut menegaskan kembali kepentingan bersama kedua negara, yang mencakup perdamaian dan keamanan, perdagangan bebas, jalur perdagangan yang terbuka, diversifikasi hubungan, perlindungan lingkungan, serta transformasi digital.

"Jika seluruh dunia bersatu, kita akan mampu mengatasi krisis ini lebih kuat dari sebelumnya," ungkap Luhut.

Luhut pun berharap tahun depan kondisi global sudah pulih sehingga aktifitas kerja sama antara kedua negara pun bisa kembali normal.***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

x