Bahkan, dikombinasikan terjadinya potensi tsunami akibat gunung api dan juga gempa bumi.
"Mungkin saja ada potensi, yang jelas itu potensi La Nina, kemudian potensi hujan lebat dikombinasi tsunami gunung api dan juga potensi gempa bumi," ujarnya.
Baca Juga: Eddie Van Halen, dari Rangkasbitung hingga ke Amerika Serikat dan Melegenda
Ia menjelaskan, selain potensi tsunami gunung api, ada juga tsunami yang non tektonik yang penyebabnya tidak diketahui.
"Tapi faktanya itu terjadi. Ini juga rawan termasuk Kalimantan Timur, Nusa Tenggara dan Indonesia Timur," ungkapnya.
Dwikorita menyampaikan, dari data dan fakta tersebut, semua pihak harus siap menghadapi bencana yang ada ada di depan mata.
Baca Juga: 39 Pemuda di Depan Gedung DPR dan MPR RI, Polisi: Mereka Dapat Undangan dari Medsos
"Ini poinnya yang kita harus bersiap bersama. Tidak mungkin satu lembaga yang menghadapi. Oleh karena itu tujuan kita adalah untuk melakukan persiapan-persiapan agar jangan sampai mengalami korban jiwa. Mencegah tidak mungkin, tetapi jangan ada korban jiwa," ucapnya.
Sementara itu, Peneliti Geoteknologi LIPI Danny Hilman Natawidjaja mengatakan, zona subduksi ada di Jawa dan Sumatera.
Namun, lempeng yang menunjang Pulau Jawa lebih tua umurnya dibandingkan Sumatera sehingga tidak menekan ke arah Jawa.