"Ketimbang menjalankan kewajiban sebagai karyawan LIB untuk supervisi high risk match. Soal verifikasi stadion juga diremehkan," ujarnya.
Dikatakannya, klub pun sering ribut dan komplain mengenai pola komunikasi Divisi Kompetisi.
"Ada arogansi di situ yang membuat orang klub di level operasional juga jengah, padahal sebagai operator harusnya melayani klub yang jadi ujung tombak liga," ujarnya.
Dengan terjeratnya Dirut LIB sebagai tersangka tragedi Kanjuruhan, ia berharap staf kompetisi yang tak disebutkan namanya sadar bahwa arogansi dan ignorance mereka membawa petaka dan seakan menjebak atasannya sendiri.
Ia juga mengaku kesal dengan kondisi yang dialaminya bersama perusahaan operator LIB.
Ia mengingatkan kembali saat masih bergabung di PSS.
"Ketika opening Liga 1 2019 PSS vs Arema yang berakhir ricuh, saya masih ingat saya ribut dengan para staf kompetisi LIB," kenangnya.
Sebagai klub dan panpel yang baru promosi naik Liga 1, @veeola menyebut tidak ada pendampingan kepada PSS.