"Buat apa sih ada 570 anggota DPR dengan sistem fraksi? Kan gak ada gunanya, Pak. Apa kata ketua fraksi, itulah kata anggota DPR. Anggota DPR bicara sepertinya hanya ruang untuk bernegosiasi," tuturnya.
"Setelah kencang, dibawa, ketua fraksi ketemu. Setelah ketua fraksi ketemu, melapor ke ketua umum. Ketua umum memerintahkan A, maka terjadilah A. Itulah terjadi praktik pembuatan Undang-Undang," ujar Said Didu menambahkan, dikutip SeputarTangsel.com dari kanal YouTube Refly Harun pada Sabtu, 3 September 2022.
Menurutnya yang terjadi saat ini adalah kekuasaan sedang berjalan dengan dua pilar utama, yaitu berupaya untuk mengobjektifkan kelompok subjektif kelompoknya.
"Jadi kalau dia punya kepentingan A, maka dia berusaha menghentikan itu dengan berbagai cara. Caranya lewat buzzer seakan-akan itu kebenaran dan mendelegitimasi orang yang berbeda dengan itu melalui media massa," tuturnya.
Lebih lanjut, Said Didu juga menyinggung kekaisaran mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo di institusi Polri.
Ia mengatakan, setelah Kekaisaran Ferdy Sambo dan Konsorsium 303 terbongkar, buzzer politik agak berkurang.
"Saya kan pusat serangan buzzer. Ini agak berkurang buzzer ini setelah geng Sambo (Ferdy Sambo) terbongkar," akunya.
Karena hal ini, ia menduga bahwa geng Ferdy Sambo merupakan sumber para buzzer politik.