SEPUTARTANGSEL.COM - Pengamat politik Rocky Gerung ikut buka suara terkait krisis yang tengah terjadi di Sri Lanka.
Akibat krisis tersebut, para demonstran berhasil menduduki Istana Kepresidenan Sri Lanka di Kolombo dan menuntut Presiden Gotabaya Rajapaksa mundur dari jabatannya.
Menurut Rocky Gerung, hal yang sama juga bisa terjadi di Indonesia dan negara-negara lainnya di dunia.
"Ratusan ribu orang menyerbu Istana, ada darah tumpah? Gak ada tuh, biasa saja. Malah mereka pesta. Ini juga menjadi inspirasi bagi people power di Indonesia supaya biasa saja dan pemerintah gak usah taruh KUHP di situ karena rakyat hanya tagih Presiden Jokowi. Dan janji itu kita bandingkan dengan Rajapaksa di Sri Lanka yang gagal," kata Rocky Gerung.
Rocky Gerung juga menyinggung Menteri Keuangan Argentina yang mengundurkan diri karena inflasi di negara tersebut mencapai 60%.
"Itu terhubung dengan keadaan kita," tuturnya.
Baca Juga: Unjuk Rasa di Sri Lanka, Tidak Akan Berhenti Hingga Presiden dan PM Mundur
Pendiri Setara Institute itu mengatakan, berdasarkan analisa sejumlah aspek di dalam negeri, krisis di Sri Lanka sangat mungkin terjadi di Indonesia.
Menurut Rocky Gerung, demonstrasi akibat krisis di Indonesia akan dilakukan oleh kaum buruh dan mahasiswa.
"Jadi sebetulnya keadaan kita betul-betul cemas. Dan kecemasan itu justru yang memungkinkan kita berpikir bahwa kalau misalnya tertutup seluruh peluang, termasuk ditolaknya presidential threshold, maka siap-siap," ujarnya, dikutip SeputarTangsel.com dari kanal YouTube Rocky Gerung pada Senin, 11 Juli 2022.
Lebih lanjut, ia kembali menyinggung proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang kembali terancam diundur karena kurangnya anggaran.
Baca Juga: Pemerintah Sri Lanka Perintahkan Tembak di Tempat untuk Padamkan Kerusuhan
Menurut Rocky Gerung, sejak awal proyek tersebut, ia sudah bisa memprediksi adanya sinyal mark up untuk mencari uang di depan.
Namun, hal itu gagal karena adanya krisis global akibat pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina yang memengaruhi Indonesia.
"Jadi fasilitas-fasilitas yang disebut sebagai infrastruktur yang dibanggakan Presiden Jokowi, itu akhirnya hanya akan dianggap sebagai rencana di atas kertas, termasuk IKN (Ibu Kota Negara)," ujarnya.
"Dan Presiden tetap masih ngotot sisakan anggaran, surplus anggaran gak boleh dipakai karena disiapkan untuk IKN," tambah Rocky Gerung.
Mantan Dosen Filsafat Universitas Indonesia itu menilai, kekacauan tersebut akan merembet ke persoalan lain.
Karenanya, ia membandingkan kebijakan Presiden Jokowi dengan Presiden Gotabaya Rajapaksa terkait pembangunan infrastruktur.
"Jadi infrastruktur sebetulnya menggoyahkan kemampuan kita untuk bertahan," ucapnya.
Meski banyak tokoh yang membantah bahwa Indonesia tidak akan bernasib sama dengan Sri Lanka, Rocky Gerung mengimbau pemerintahan Presiden Jokowi agar jangan sampai salah perhitungan. Pasalnya, kesalahan perhitungan bisa membebankan rakyat.
Baca Juga: Menkominfo Bertemu dengan Menteri Media Massa Sri Lanka Bicarakan Upaya Melawan Infodemi
Ia melihat, sinyal yang diberikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menunjukkan bahwa kondisi di Indonesia sudah parah.
Sinyal tersebut berupa pernyataan-pernyataan Sri Mulyani yang mengatakan generasi muda Indonesia semakin sulit membeli rumah, hingga kemungkinan krisis dan inflasi sebagai dampak dari krisis global.
Terlebih, kata Rocky Gerung, saat ini jumlah utang Indonesia semakin tinggi dan harga bahan pokok di Indonesia juga ikut meroket.
"Kekacauan itu bisa kita lihat dari ketidakmampuan pemerintah untuk mengendalikan harga dasar. Harga bahan pokok bawang, cabe, minyak gak ada yang bisa dikendalikan," kata Rocky Gerung.***