Dosen Pasca Sarjana Universitas Islam Indonesia (UIN) Sunan Ampel Surabaya, DR Biyantoi menjelaskan, Marhaban Ramadhan bermakna lebih dalam.
Ketika mengucapkan Marhaban Ramadhan, setiap pribadi harus menyiapkan fisik yang prima dan hati yang lapang untuk mendaki. Dengan demikian, semua amalan dan ibadah ditaburi nilai-nilai kebaikan di bulan ini.
"Meski sama-sama berarti selamat datang, para ulama kita menggunakan istilah marhaban, bukan ahlan wa sahlan untuk menyambut Ramadhan," ujar DR Biyanto dikutip SeputarTangsel.Com dari laman resmi Muhammadiyah, 6 Mei 2018.
"Kata ahlan wa sahlan itu berarti jalan yang mudah, dari kata sahl. Sementara marhaban bermakna jalan luas yang mendaki," sambung DR. Biyanto.
Baca Juga: Ziarah Kubur Sebelum Ramadhan, Hukum, dan Tata Caranya Menurut Ustadz Adi Hidayat
Oleh karena itu, Biyanto yang juga penulis buku ini juga menyebutkan makna marhaban secara luas.
"Ibaratnya Ramadhan itu sebagai tamu yang agung. Tidak semua orang bisa bertemu dan ditemui. Hanya orang-irang yang beriman dan penuh pengharapan saja yang bisa menangkap makna Ramadhan," pungkas Biyanto. ***