"Biasanya kan kalau ada jumpa pers, ada acara tanya-jawab antara media dan wartawan supaya jika ada beberapa persoalan yang tidak cukup clear bisa ditanyakan kembali, atau wartawan bisa mengkonfrontir berupa pertanyaan-pertanyaan disampaikan kepada Pak Mahfud berkaitan dengan materinya dan materi yang dimiliki oleh media," ujarnya.
Pria yang akrab disapa Hersu itu pun menyayangkan Mahfud yang langsung meninggalkan lokasi konferensi pers usai memberi pernyataannya.
Lebih lanjut, ia mengimbau agar di era digital seperti saat ini, Mahfud MD dan pejabat lainnya tidak langsung membantah, namun terlebih dahulu memverifikasi terkait apa yang terjadi di lapangan.
Meski mengakui tidak semua video yang beredar sesuai dengan realita, Hersu menegaskan bukan berarti video yang beredar dari lembaga-lembaga bantuan hukum dan masyarakat merupakan hasil framing.
"Saya kira penting untuk dipahami oleh para pejabat publik. Karena apa, pernyataan-pernyataan yang tidak berdasarkan fakta sekarang tuh sangat mudah dipatahkan oleh publik," tuturnya.
Menurutnya, apabila pernyataan para pejabat dipatahkan publik, maka akan muncul ketidakpercayaan yang dapat berbahaya.
"Jangan nanti setiap apapun yang disampaikan oleh pemerintah dianggap itu juga hoaks oleh publik," tegasnya.
Ia pun meminta Mahfud MD duduk bersama LBH dan para pendamping hukum untuk memverifikasi video yang beredar di publik, sehingga masyarakat bisa mendapat gambaran sesungguhnya dari Desa Wadas.***