Gunung Anak Krakatau Meletus 9 Kali, Serta Sejumlah Bahaya Lain yang Waktunya Tak Dapat Diprediksi

- 5 Februari 2022, 12:23 WIB
Erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat, 4 Februari 2022
Erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat, 4 Februari 2022 /tiwtter/@BNPB_Indonesia/

SEPUTARTANGSEL.COM - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengeluarkan peringatan kepada masyarakat untuk tidak mendekati Gunung Anak Krakatau.

Pasca terjadinya sembilan kali gempa letusan di Gunung Anak Krakatau dengan tinggi erupsi berkisar 800-1000 meter di atas puncak, yang berwarna kelabu-hitam tebal.

Sembilan gempa letusan di Gunung Anak Krakatau itu terjadi pada pukul 09.43, 10.25, 10.28, 12.46, 13.00, 13.31, 13.41, 14.46 dan 17.07 WIB pada Jumat, 4 Februari 2022.

Baca Juga: Gunung Semeru Erupsi Lagi, PVMBG Umumkan Status Siaga pada 17 Desember 2021

Melalui siaran pers Kementerian ESDM NOMOR: 60.Pers04/SJI/2022 yang dirilis kemarin, Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono juga menyebut status Gunung Anak Krakatau saat ini berada pada Level II (Waspada).

"Kami merekomendasikan agar masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Krakatau dalam radius 2 km dari Kawah Aktif," kata Eko dikutip SeputarTangsel.Com dari laman Badan Geologi Kementerian ESDM pada Sabtu, 5 Februari 2022.

Berdasarkan pemantauan visual, erupsi yang terjadi kemarin mengindikasikan tipe magmatik, sejalan dengan terjadinya kegempaan vulkanik yang terekam.

Baca Juga: Ungkap Penyebab Gunung Meletus, Gus Baha: Apabila Jabal Qaf Digoyangkan, Maka Semua Akan Goyang

Pada Januari 2022 kegempaan vuklanik pun masih teramati cukup tinggi dan gempa dangkal semakin banyak terekam.

Hingga di akhir Januari, terindikasi magma sudah berada pada kedalaman sangat dangkal dan emisi abu mulai teramati sejak 3 Februari 2022 sekitar pukul 10.00 WIB.

"Data pemantauan secara visual dan instrumental mengindikasikan bahwa Gunung Anak Krakatau masih berpotensi erupsi," jelas Eko.

Sejumlah bahaya lainnya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau tersebut berupa lontaran material lava, aliran lava dan hujan abu lebat di sekitar kawah dalam radius 2 km dari kawah aktif.

Baca Juga: Perum Perhutani Setuju Lahannya Dijadikan Tempat Relokasi Warga Korban Terdampak Letusan Gunung Semeru

Pihaknya mengatakan, secara historis potensi bahaya longsoran tubuh Gunung Anak Krakatau merupakan ancaman bahaya permanen yang patut diwaspadai dan memerlukan antisipasi, karena waktu terjadinya tidak dapat diprediksi.

"Longsoran tubuh gunung api tidak dapat diprediksi waktu kejadian dan volumenya, serta tidak bergantung pada kondisi gunung api ini sedang mengalami erupsi maupun tidak," tutur Eko.

"Longsoran tubuh gunung api dapat terjadi dengan atau tanpa diawali peningkatan aktivitas gunung api," sambungnya.

Berdasarkan peta Kawasan Rawan Bencana, seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau yang berdiameter kurang lebih 2 kilometer dan area di sekitarnya merupakan kawasan rawan bencana.

Namun, masyarakat juga diimbau untuk tidak mudah terpancing dengan hoaks yang beredar dan tetap mengikuti arahan dari Badan Geologi sebagai instansi yang berwenang.***

Editor: Dwi Novianto


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x