"Terutama pesantren yang di bawah atau ada kaitannya dengan DI (Darul Islam) atau pesantren kami, JI (Jemaah Islamiyah) dan mungkin pesantren-pesantren yang mungkin di luar daripada NU sama Muhammdiyah," ujar Ali Imron.
Namun, Ali Imron mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu resah atas data yang disampaikan oleh BNPT tersebut.
Baca Juga: Ratusan Orang di DPR Positif Covid-19, Parlemen Terapkan Sistem WFH untuk Wakil Rakyat
Karena menurut Ali Imron, hal ini sudah terjadi sejak lama dan bukan barang baru di Indonesia.
"Itu sejak dulu, kan sering saya sampaikan bahwa disebabkan oleh paham Mukhlas (terpidana mati Bom Bali I) yang ditanamkan kepada saya ketika saya usia kelas 4 SD," tuturnya.
Ali Imron mengungkapkan bahwa di umur yang tergolong masih anak-anak, dia sudah paham bahwa Pancasila dan Presiden Soeharto itu thagut yang berarti segala sesuatu yang disembah selain Allah dan yang disembah menerima dan tidak menolaknya.
Salah satu aktor Bom Bali 1 itu menyebut bahwa Pancasila dan Presiden Soeharto harus dilawan dengan Jihad.
"Ketika itu Muklas sekolah di pondok pesantren Al Mukmin Ngurki Solo, yang saya umur segitu sudah mengerti bahwa Pancasila itu tagut, Soeharto itu tagut, harus dilawan dengan Jihad," jelasnya.
"Kita itu berkewajiban mendirikan negara yang berdasarkan Islam secara seratus persen atau negara Islam," sambungnya.