Jokowi Setop Ekspor Bauksit, Tembaga dan Timah, Said Didu: Uang Tersebut untuk Membayar Utang di Bank China

- 5 Januari 2022, 09:07 WIB
Said Didu duga uang hasil ekspor digunakan untuk membayar utang di bank China
Said Didu duga uang hasil ekspor digunakan untuk membayar utang di bank China /Twitter/@msaid_didu/

SEPUTARTANGSEL.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, pihaknya segera menyetop ekspor bauksit, tembaga, timah, dan lainnya.

Menurut Jokowi, hal tersebut dilakukan untuk mendorong hilirisasi sumber daya alam (SDA) guna menaikkan ekspor di Tanah Air.

Selain itu Jokowi juga mengungkapkan, ekspor Indonesia melonjak drastis pada tahun 2021 dengan naiknya harga komoditas internasional dan didukung oleh kebijakan menyetop ekspor beberapa SDA mentah.

Baca Juga: Said Didu Sebut Kondisi Ekonomi Indonesia Semakin Diuji pada 2022, Singgung Erick Thohir: Panen Oligarki

Menanggapi hal ini, Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu mengatakan, secara umum sebenarnya kebijakan Jokowi adalah hal yang bagus.

Namun di lain sisi Said Didu menuturkan, bagi orang yang memahami kebijakan itu akan mengetahui bahwa uang yang dihasilkan dari menyetop ekspor beberapa SDA mentah hanya 10 persen yang tinggal di Indonesia. Sementara sisanya akan digunakan untuk membayar utang di bank milik China, tenaga kerja China, mesin-mesin China, hingga jasa-jasa China.

"Untuk sementara, uang itu ke Indonesia pada saat ekspor, tetapi itu, uang tersebut, hasil tersebut digunakan untuk membayar utangnya di bank China, membayar tenaga kerja China, membayar mesin-mesin China, kemudian membayar semua jasa-jasa yang ada dari China. Jadi sebenarnya hanya lewat di catatan perdagangan, kemudian itu langsung terbang," kata Said Didu, dikutip SeputarTangsel.Com dari kanal YouTube Refly Harun pada Kamis, 5 Januari 2022.

Baca Juga: Said Didu Kritik Keputusan Pemerintah Soal Larangan Ekspor Batu Bara: Dampak Ketidaktegasan Pelaksanaan Aturan

Lebih lanjut, Said Didu mengingatkan bahwa rekor ekspor tertinggi pada tahun 2021 disebabkan oleh harga komoditas internasional yang meroket tajam.

Halaman:

Editor: Harumbi Prastya Hidayahningrum


Tags

Terkait

Terkini

x