Berita dari hasil doorstop interview (wawancara cegatan) sejumlah wartawan kepada Hidayat ini, di antaranya ketika itu juga tayang di Tribunnews pada Jumat, 24 Oktober 2014.
Hidayat beralasan, momen itu merupakan tahun baru umat Islam yang diperingati di seluruh dunia.
"Baik untuk yang santri maupun tidak," tambah Hidayat yang juga pernah menjadi santri di Pondok Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur ini.
Hidayat pun mengusulkan peringatan Hari Santri Nasional diputuskan sesuai dengan peristiwa besar yang terkait dengan warisan atau jasa santri.
"Misalnya, 22 Oktober saat Kiai Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, mengeluarkan fatwa resolusi jihad," jelasnya.
Hidayat mengaku sudah mengkomunikasikan hal itu dengan Ketua Umum PB Nahdhatul Ulama Said Aqil Siradj.
"Beliau sepertinya setuju," katanya.
Baca Juga: Klarifikasi Deddy Corbuzier: Saya Goblok Aja Tidak Tahu Kalau Mereka Santri Penghafal Al-Qur’an
Hidayat menyebut alasannya mengusulkan 22 Oktober sebagai Hari Santri dan bukan 1 Muharram, adalah merujuk satu peristiwa bersejarah, yakni seruan yang dibacakan oleh pahlawan nasional KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945.