5 Alasan Mendikbud Ristek Nadiem Makarim Desak Pelaksanaan Sekolah Tatap Muka

- 24 Agustus 2021, 14:10 WIB
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim. /ANTARA

SEPUTARTANGSEL.COM – Nadiem Makarim, Mendikbud Ristek mendesak pelaksanaan sekolah tatap muka untuk dilakukan sesegera mungkin.

Hal tersebut disampaikan Nadiem Makarim dalam rapat kerja Komisi X DPR RI dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI (Kemendikbud Ristek) pada Senin, 23 Agustus 2021.

Desakan tersebut muncul karena Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sudah terlalu lama dilakukan dan berpotensi menimbulkan dampak sosial negatif yang berkepanjangan.

Baca Juga: Nadiem Ngotot Minta Pembelajaran Tatap Muka Tetap Dilaksanakan, P2G dan Fadli Zon: Sebaiknya Ditunda

“Kami di Kemendikbud Ristek posisinya sudah jelas, secepat dan seaman mungkin semua anak harus balik sekolah” ujar Nadiem dikutip SeputarTangsel.Com di laman YouTube DPR RI pada Senin, 23 Agustus 2021.

Nadiem menyebut Kemendikbud Ristek masih konsisten mendesak pelaksanaan sekolah tatap muka untuk segera dilakukan, sebab kondisi psikologis dan kognitif learning loss pada anak sudah terlalu kritis.

“Setiap kali diskusi dengan kementerian-kementerian lain posisi kami selalu sama, ini sudah terlalu lama kondisi psikologis anak kita dan kognitif learning loss anak kita sudah terlalu kritis kita harus secepat mungkin membuka dengan protokol kesehatan yang ketat,” jelas Nadiem.

Baca Juga: Nadiem Makarim Dilantik Jadi Mendikbudristek oleh Jokowi, Gus Umar: Yang Pantas Itu Bambang Brodjonegoro

Mendikbud Ristek juga meyakinkan, bahwa 63 persen dari seluruh sekolah yang ada di Indonesia sudah bisa melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka terutama bagi sekolah di wilayah PPKM Level 1-3 yang guru-gurunya sudah divaksin lengkap.

Dalam rapat kerja tersebut, Nadiem Makarim juga memaparkan enam alasan yang membuat pelaksanaan sekolah tatap muka harus segera dilaksanakan agar tidak menimbukan dampak sosial negatif yang berkepanjangan.

1. Resiko Putus Sekolah

Pembelajaran jarak jauh yang berkepanjangan berpotensi membuat anak putus sekolah, terlebih lagi apabila kondisi keuangan keluarganya terjadi krisis akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga: Presiden Jokowi Lantik Dua Menteri, Kepala BRIN, dan Dewan Pengawas KPK Hari Ini, Ada Nadiem Makarim!

Hal tersebut bisa memicu anak untuk bekerja demi membantu keuangan keluarganya dan juga dapat menimbulkan persepsi orang tua terhadap kemampuan sekolah dalam proses belajar mengajar.

2. Kesenjangan Capaian Belajar

Perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh dapat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar, terutama bagi anak yang berasal dari kalangan sosio-ekonomi berbeda.

Baca Juga: Pengin Tatap Muka, Pelajar Ungkap ke Presiden Jokowi: Kami Rindu Belajar di Sekolah, Pak

3. Learning Loss

Kesenjangan capaian belajar tadi dapat membuat anak kehilangan kesempatan belajar (learning loss) dan berdampak pada penurunan capaian belajar.

Berdasarkan hasil studi yang dipaparkan Mendikbud Ristek, pembelajaran di kelas dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik.

4. Resiko Kekerasan pada Anak

Tanpa sekolah tatap muka, banyak anak yang terjebak dalam kekerasan di rumah tanpa terindikasi oleh guru.

Baca Juga: Laptop Merah Putih Mendikbud, Susi Pudjiatuti: Berikan Uangnya, Masyarakat Lebih Butuh Sehat, Obat dan Makan

5. Resiko Eksternal

Ketika hal-hal semacam tadi terjadi dan anak tidak lagi datang ke sekolah, terdapat peningkatan resiko eksternal seperti pernikahan dini serta eksploitasi anak.

“Kita sudah ada penurunan capaian belajar, banyak anak yang putus sekolah, apalagi perempuan di berbagai macam daerah. Banyak learning loss yang dampaknya permanen, kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga,” ujar Nadiem.

Karena hal tersebut, Nadiem juga mendesak Komisi X DPR RI untuk menyuaran kembali kepada pemda di setiap daerah yang masuk dalam PPKM Level 1-3 untuk dapat mengizinkan pembelajaran tatap muka.

Baca Juga: Tanggapi Megawati Minta Mendikbud Luruskan Sejarah 1965, Rocky Gerung: Yang Musti Diajarkan Sejarah Itu Jokowi

“Kita semua sudah tau, kita semua adalah orang tua atau anak, atau punya teman yang sudah mengalami ketegangan melaksanakan PJJ jadi ini harus segera kita akselerasi,” tambah Nadiem***

Editor: Taufik Hidayat


Tags

Terkait

Terkini