Simak, Ini Tiga Pandangan Presiden Joko Widodo Terhadap KTT Perubahan Iklim

- 23 April 2021, 22:31 WIB
Presiden Joko Widodo
Presiden Joko Widodo /Sumber: Twitter / @jokowi/

 

SEPUTARTANGSEL.COM – Presiden Joko Widodo menyampaikan tiga pemikiran terkait dengan isu perubahan iklim dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim yang diadakan secara virtual pada Kamis, 22 April 2021 kemarin.

Presiden Joko Widodo menuturkan tiga pemikiran tersebut.

Pertama, menegaskan bahwa Indonesia sangat serius dalam pengendalian perubahan iklim dan mengajak dunia untuk melakukan aksi-aksi nyata.

Sebagai negara kepulauan terbesar dan pemilik hutan tropis, penanganan perubahan iklim adalah kepentingan nasional Indonesia.

Baca Juga: Menko PMK: Perempuan Sebagai Pelaku UMKM Harus Mampu Memanfaatkan Teknologi

Baca Juga: Senat AS Sahkan RUU untuk Memerangi Kejahatan Rasial Anti-Asia

Melalui kebijakan, pemberdayaan, dan penegakkan hukum, laju deforestasi Indonesia saat ini turun terendah dalam 20 tahun terakhir.

“Penghentian konversi hutan alam dan lahan gambut mencapai 66 juta hektare, lebih luas dari gabungan luas Inggris dan Norwegia,” ucapnya.

Presiden Jokowi juga menambahkan, penurunan kebakaran hutan hingga sebesar 82 persen di saat beberapa kawasan di Amerika, Australia, dan Eropa mengalami peningkatan terluas.

Kedua, mengajak para pemimpin untuk memajukan pembangunan hijau untuk dunia yang lebih baik.

Baca Juga: Kontoversi Kamus Sejarah, Respon Cepat Mendikbud Nadiem Makarim Dipuji Yenny Wahid

Baca Juga: Fadli Zon Nilai Kamus Sejarah Pro PKI, Tokoh Muda NU Savic Ali Bela Hilmar Farid

Dikutip dari Kanal Youtube Sekretariat Presiden, Presiden Joko Widodo mengungkapkan Indonesia telah memutakhirkan kontribusi yang ditentukan secara nasional (nationally determined contributions/NDC) untuk meningkatkan kapasitas adaptasi dan ketahanan iklim.

Ia juga menyebut bahwa Indonesia menyambut baik penyelenggaraan Konvensi Kerangka Perubahan Iklim ke-26 di Inggris untuk hasil yang implementatif dan seimbang.

Selain itu, Indonesia juga menyambut baik target sejumlah negara menuju net zero emission tahun 2050.

Namun, agar kredibel, komitmen tersebut harus dijalankan berdasarkan pemenuhan komitmen NDC tahun 2030.

Baca Juga: Wow, Apple Akhirnya Rilis AirTag, Ini Fitur Menariknya

Baca Juga: Presiden Targetkan Stop Impor Migas 2030, PKS: Terkesan Sekedar Wacana

“Negara berkembang akan melakukan ambisi serupa jika komitmen negara maju kredibel disertai dukungan riil. Dukungan dan pemenuhan komitmen negara-negara maju sangat diperlukan,” ujarnya.

Ketiga, untuk mencapai target Persetujuan Paris dan agenda bersama berikutnya, Presiden Jokowi memandang bahwa kemitraan global harus diperkuat.

Kesepahaman dan strategi perlu dibangun di dalam mencapai net zero emission dan menuju UNFCCC COP-26 Glasgow.

Indonesia sendiri saat ini  tengah mempercepat pilot percontohan net zero emission antara lain dengan membangun Indonesia Green Industrial Park seluas 12.500 hektare di Kalimantan Utara yang akan menjadi yang terbesar di dunia.

Baca Juga: Banyak Klub Mundur dari Liga Super Eropa, Agnelli Tetap Optimis

Baca Juga: Bulan Ramadhan Malah Jambret, Lalu Kena Tabrak Mobil

Selain itu, peluang besar juga terbuka bagi pengembangan bahan bakar nabati, industri baterai litium, dan kendaraan listrik.

Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa presidensi Indonesia untuk G20 di tahun 2022 akan memprioritaskan penguatan kerja sama perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan.

“Indonesia juga terus mendukung upaya para sahabat kami di kawasan Pasifik. Kita harus terus melakukan aksi bersama, kemitraan global yang nyata, dan bukan saling menyalahkan, apalagi menerapkan hambatan perdagangan dengan berdalih isu lingkungan,” katanya.***

Editor: Ignatius Dwiana


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah