Gus Yaqut Sindir Kelompok yang Jadikan Agama Sebagai Aspirasi: Berbeda Keyakinan Dianggap Musuh!

- 28 Desember 2020, 11:08 WIB
Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut.
Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut. /Foto: PMJ News/


SEPUTARTANGSEL.COM - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut berbicara soal agama yang dijadikan oleh aspirasi oleh sebagian kalangan.

Menurut Gus Yaqut, seharusnya agama dijadikan tempat untuk mendapatkan inspirasi dan bukan dijadikan alat aspirasi.

Namun, Gus Yaqut belum mengatakan siapa kelompok yang menjadikan agama sebagai aspirasi.

Baca Juga: BWF Resmi Rilis Jadwal Thailand Open 2021, Ini Daftar Tim Bulu Tangkis Indonesia yang Berlaga

Baca Juga: Banten Masih Tinggi Tingkat Persebaran Covid-19, Sekolah Tatap Muka Januari 2021 Ditunda

"Kita semua menjadikan agama sebagai inspirasi bukan sebagai aspirasi," kata Gus Yaqut saat menghadiri acara Silaturahmi Nasional Lintas Agama di Mapolda Metro Jaya, dikutip dari PMJ News, Minggu 27 Desember 2020.

Selain itu, menurut Gus Yaqut saat ini ada kelompok yang juga menggiring agama sebagai norma konflik.

"Paling kita sederhana adalah sekarang atau tahun-tahun belakangan ini kita merasakan bagaimana agama itu sudah atau ada yang berusaha menggiring agama menjadi norma konflik," tutur Gus Yaqut.

Baca Juga: Taeyeon SNSD dan Ravi VIXX Kedapatan Berduaan, Ini Kata SM Entertainment

Baca Juga: Jadwal Terbaru Pencairan Subsidi Gaji Rp2,4 Juta dari Kemnaker, Jangan Sampai Ketinggalan

Gus Yaqut menjelaskan bahwa norma konflik kalau diartikan ke dalam bahasa yang lebih ekstrem adalah siapa yang memiliki perbedaan keyakinan akan dianggap sebagai musuh.

Lebih lanjut, setelah dianggap sebagai musuh, maka tak jarang mereka menganggap bahwa harus diperangi.

"Agama dijadikan norma konflik itu bahasa paling ekstrem adalah siapa pun yang berbeda dengan keyakinannya, maka dia dianggap lawan atau musuh dan yang namanya musuh atau lawan ya harus diperangi," ungkap Ketua Banser itu.

Baca Juga: Drama Mr.Queen: Sempat Kontroversial Namun Dicari Penggemar

Baca Juga: Tersangka Kecelakaan Maut di Pasar Minggu Mengaku Emosi Karena Dipukul Polisi Pengendara Innova

Norma konflik atau populisme Islam menurut Gus Yaqut, sempat berkembang di Indonesia beberapa waktu lalu.

Dengan demikian, dia tidak ingin populisme Islam di Indonesia terus berkembang luas.

"Itu norma yang kemarin sempat berkembang atau istilah kerennya populisme Islam. Saya tidak ingin, kita semua tentu saja tidak ingin populisme Islam ini berkembang luas sehingga kita kewalahan menghadapinya," paparnya.

Baca Juga: Densus 88: Sudah 95 Pemuda Dilatih di Pusat Latihan Teroris Jamaah Islamiyah di Bandungan

Baca Juga: Viral Video Lagu Indonesia Raya Dihina dan Diparodikan: Selain KBRI, Netizen Juga Ikutan Geram

Apalagi, kata Gus Yaqut, Indonesia merupakan negara yang terbentuk atas dasar kesepakatan dari beragam agama.

Tidak memandang ada yang minoritas atau yang mayoritas. Oleh karena itu Ia meminta agar masyarakat memahami kesepakatan tersebut.***

Editor: Muhammad Hafid


Tags

Terkait

Terkini

x