Epidemiolog Unair Bilang, Jangan Terlalu Berharap pada Vaksin Covid-19

27 Oktober 2020, 16:30 WIB
Petugas kesehatan menunjukan vaksin saat simulasi uji klinis vaksin Covid-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis 6 Agustus 2020. Simulasi tersebut dilakukan untuk melihat kesiapan tenaga medis dalam penanganan dan pengujian klinis tahap III vaksin Covid-19 produksi Sinovac kepada 1.620 relawan. /M Agung Rajasa/ANTARA FOTO

SEPUTARTANGSEL.COM - Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Windhu Purnomo menyarankan masyarakat tak menaruh ekspektasi tinggi terhadap vaksin Covid-19.

Pasalnya, vaksin Covid-19 yang baru akan beredar juga masih belum diketahui kemanjuran dan keamanannya.

Ia mengatakan, sebaiknya masyarakat tetap mengutamakan penerapan protokol kesehatan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19.

Baca Juga: Bra Bertabur Berlian Ini Dijual Ratusan Juta Rupiah, Minat?

Baca Juga: Prabowo Subianto Capres 2024, Lembaga Survey Menyebut Elektabilitasnya Segini

Menurutnya masyarakat harus paham bahwa vaksin bukan solusi mutlak dari pandemi ini. 

"Sekarang yang penting terutama masyarakat, tidak boleh punya ekspektasi yang terlalu tinggi. Toh nanti katakanlah semua vaksin ini oke, enggak bisa juga langsung disuntikkan dan manjur. Butuh waktu dan panjang," kata Windhu dalam keterangan resmi Unair, Senin 26 Oktober 2020.

Menurutnya masyarakat tak perlu gaduh menanggapi perihal vaksin Covid-19. Yang harus dilakukan masyarakat adalah tetap melakukan 3 M. 

Baca Juga: Cerita Haru Penerima Bantuan Subsidi Upah BLT BPJS Ketenagakerjaan

Baca Juga: Tiga Hari Berturut-turut Pecah Rekor Kasus Baru Positif Covid-19 di Kota Tangsel

"Artinya sekarang enggak usah ribut soal vaksin. Serahkan ke BPOM. Tugas kita masyarakat 3 M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) itu. Jangan sampai mengandalkan vaksin," kata Windhu. 

Ia mengatakan, vaksinasi akan efektif bila telah disuntikkan ke 70 persen populasi. Saat ini, penduduk Indonesia berjumlah sekitar 260 juta jiwa.

Dengan demikian, vaksin perlu disuntikkan ke 180 juta orang untuk menciptakan imunitas kawanan atau herd immunity.

Baca Juga: Pemerintah Putuskan Upah Minimum 2021 Tak Naik, KSPI: Perlawanan Buruh Akan Makin Keras!

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Asal Inggris Ini Diklaim Mampu Meningkatkan Imun Lansia

Jika belum disuntikkan secara merata ke 70 persen total populasi di Indonesia, penularan Covid-19 terus akan terjadi. 

Windhu juga mengatakan, penyuntikan vaksin ke 180 juta penduduk Indonesia membutuhkan waktu yang lama.

Ia memperkirakan butuh waktu dua tahun untuk menyuntikkan vaksin ke 180 juta jiwa penduduk Indonesia. 

Baca Juga: Meski ditahan AS Roma, AC Milan Masih Puncaki Klasemen Serie-A

Baca Juga: Bantuan Subsidi Upah Sudah Cair 98,30 Persen, Cek Rekeningmu!

Karena itu, masyarakat juga tetap harus menerapkan protokol kesehatan dan pemerintah tetap harus melakukan pengetesan dan penelusuran kontak untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. 

"Masyarakat jangan keburu mikirkan vaksinasi ini. Karena ini nanti akan bertahap banget sampai dua tahunan agar semua orang 180 juta tervaksinasi semua," kata dia. 

Baca Juga: Diberitakan Keluar dari Timnas Prancis, Paul Pogba: 100 Persen Tidak Benar!

Baca Juga: Harga Emas Antam dan UBS di Pegadaian Hari Ini, Selasa 27 Oktober 2020 Turun Tipis

Pemerintah telah mengamankan stok vaksin dari tiga perusahaan farmasi asal Cina yakni Sinovac, CanSino, dan Sinopharm, serta dari perusahaan farmasi asal Inggris yaitu AstraZeneca.

Seluruh kandidat vaksin dari keempat perusahaan tersebut masih menjalani uji klinis tahap ketiga. Saat ini kandidat vaksin dari Sinovac menjalani uji klinis di Bandung, Jawa Barat.***

Editor: Sugih Hartanto

Tags

Terkini

Terpopuler