Nyaris Punah, Dua Anak Badak Jawa Terlihat di Ujung Kulon

22 September 2020, 13:40 WIB
Anak badak Jawa dalam rekaman video pada 22 Mei 2020 di Ujung Kulon. /Foto: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan/

SEPUTARTANGSEL.COM - Ada kabar menggembirakan dari Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.

Dua ekor anak badak Jawa yang sangat langka dan terancam punah, telah terlihat di taman nasional tersebut.

Hal ini meningkatkan harapan akan masa depan salah satu mamalia paling terancam di dunia itu.

Baca Juga: Lihat Merchant Baru ShopeePay Minggu Ini untuk Sambut Gajian

Pejabat senior di Kementerian Lingkungan Hidup Wiratno mengatakan, kelahiran dua ekor anak badak ini membawa harapan besar bagi kelangsungan hidup badak Jawa khusus yang terancam punah.

Seperti dikutip Seputartangsel.com dari AFP dan Al Arabiya pada Minggu, 20 September 2020, anak badak betina diberi nama Helen dan jantan bernama Luther.

Kedua ekor anak badak itu terlihat bersama induk mereka dalam rekaman yang diambil dari hampir 100 kamera yang dipasang di Taman Nasional Ujung Kulon antara Maret hingga Agustus.

Baca Juga: Beasiswa Unggulan 2020 dari Kemendikbud Dibuka Sampai 3 Oktober, Buruan Daftar

Ujung Kulon adalah habitat liar terakhir badak Jawa yang tersisa.

Setelah bertahun-tahun populasi menurun, kedatangan anak badak baru membuat jumlah mamalia langka menjadi 74.

Baca Juga: Wabah Makin Menggila, Presiden Jokowi Putuskan Pilkada 2020 Tetap 9 Desember

Taman nasional ini terdiri dari sekitar 5.100 hektar hutan hujan yang rimbun dan sungai-sungai.

Pemerintah Indonesia telah mensurvei daerah lain di pulau Jawa dan Sumatera untuk merelokasi badak dari bahaya Gunung Krakatau yang tidak jauh dari taman nasional.

Baca Juga: Update Corona Indonesia 21 September: Pecah Rekor Terus, Sehari 4.176 Positif Covid-19

Badak Jawa memiliki lipatan-lipatan kulit yang kendur sehingga terlihat seperti memakai lapisan pelindung.

Badak Jawa pernah berjumlah ribuan di seluruh Asia Tenggara. Namun, hewan ini terpukul oleh perburuan yang merajalela dan perambahan manusia di habitat mereka.***

Editor: Sugih Hartanto

Tags

Terkini

Terpopuler