SEPUTARTANGSEL.COM - Masyarakat antre minyak goreng masih banyak disoroti oleh banyak pihak.
Salah satu tokoh yang menyoroti adalah ekonom senior, Rizal Ramli dalam media sosial pribadinya.
Bahkan, Rizal membandingkan antrean minyak goreng dengan antrean minyak tanah pada tahun 1965, lengkap dengan foto peristiwa.
Selain membandingkan antrean minyak goreng dengan yang terjadi di tahun 1965, Rizal Ramli berharap masa lalu tidak terulang.
"Semoga masa lalu tidak berulang. Masa lalu sepenuhnya terjadi, karena kelangkaan (scarcity) akibat pengeluaran jor-joran dan cetak uang," ujar Rizal Ramli sebagaimana dikutip SeputarTangsel.Com dari akun Twitter @RamliRizal, Selasa 22 Februari 2022.
"Hari ini, karena tak mampu kelola kelimpahan (abudance) dan pengeluaran ngasal dan jor-joran," sambung Rizal Ramli.
Dalam cuitan yang sama, Rizal Ramli juga mempertanyakan kehadiran Presiden Jokowi di tengah kesulitan rakyat mendapatkan minyak goreng.
"Mas Jokowi kemana eui, jangan mimpi IKN doang," pungkas Rizal Ramli.
Pernyataan Rizal Ramli dalam cuitannya di Twitter pagi ini, disetujui oleh netizen. Mereka juga menambahkan beberapa hal lain yang terjadi di masa itu.
Baca Juga: Minyak Goreng Langka, Polisi Bongkar Pelaku Penimbunan dari Sumatera Utara hingga Sulawesi Selatan
"Lengkap dengan mercusuarnya masing-masing, Pak @RamliRizal," kata @PineksoRoyi1.
Dalam unggahannya, dia menampilkan tidak hanya antrean masyarakat untuk mendapatkan minyak goreng. Ada dua hal yang juga sama. Pada tahun 1965 Presiden Soekarno berusaha membangun Monas, sebagai monumen tertinggi. Saat ini, pemerintah ingin membangun IKN.
"Betul, mulai tahun 1963 zaman Presiden saat itu ... Bikin proyek mercu suar. Gue umur 8 tahun, setiap pulang sekolah harus antre minyak tanah, beras, gula, minyak goreng, susu untuk adik gue. Sekarang berulang lagi!!!" seru @tonysugiyantono.
Sebagaimana diketahui, kelangkaan minyak goreng terjadi sejak awal Februari 2022.
Hal di atas terjadi setelah harga minyak tanah melonjak tinggi di akhir tahun 2021. Niat pemerintah menurunkan harga dengan membuat peraturan harga eceran tertinggi (HET), justru berakhir dengan minyak goreng yang banyak menghilang dari pasaran. ***