Sepakat Hapus Presidential Threshold, Miing Bagito: Selama Ini Tidak Hanya Kualitas, Kapasitas, juga Isi Tas

18 Desember 2021, 14:25 WIB
Miing Bagito dukung Refly Harun ajukan penghapusan Presidential threshold /tangkapan layar Youtube @Refly Harun/

SEPUTARTANGSEL.COM- Politikus Dedi Gumelar atau yang dikenal dengan Miing Bagito turut mendukung penghapusan Presidential threshold 20 persen. 

Untuk Miing mengaku mendukung perjuangan bersama Refly Harun mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi. 

Dalam percakapannya di akun Youtube Refly Harun yang tayang pada 15 Desember 2021, Miing yang mengakui sebagai pelaku perpolitikan baik Pilkada maupun Pileg dan menjadi tim sukses Presiden, sebagai warga negara tidak pernah mendapatkan ruang untuk bisa memilih yang terbaik, bukan hanya yang terbanyak. 

Ia menyatakan di konstitusi kita tidak diatur dengan presentasi threshold. 

Baca Juga: 2 dari 5 Kasus Probable Dikonfirmasi Positif Varian Omicron, Kemenkes: Baru Kembali dari Luar Negeri

"Hanya di UU no 7 tahun 2017. Dan itu memungkinkan calon presiden terbatas hanya pada orang yang bisa membeli partai politik. Artinya bisa menggunakan partai politik karena dia ada uangnya," jelas Miing yang pernah maju di Pilkada Kabupaten Karawang 2015 lalu.  

Ia menjelaskan dengan adanya Presidential Thershold 20 persen, partai politik kesulitan mencari kader dari partai masing-masing. 

"Orang yg bawa koper yang paling kuat. Tidak hanya visi dan misi tapi juga gizi. Tidak hanya kualitas, kapasitas tapi isi tas," ungkapnya. 

Miing menegaskan dengan PT 0 persen menjadi pintu masuk anak bangsa yang bagus-bagus ini bisa bermunculan secara kompetitif. Biaya pemilu pun akan lebih murah. 

"Kita tidak perlu lagi menggunakan uang mahar pada partai politik," tambahnya. 

Selama ini yang terjadi menurut Miing, kalau orang yang berani mencukongi, dia tinggal itung berapa partai yang ada, ambil partai semua. 

Baca Juga: Mahfud MD Ingatkan Nasihat Gus Dur: Banyak Orang Kuat Miskin, Tak Kuat Kaya

"Nyaris calon tunggal atau mungkin ada calon lain tapi hanya bayangan sebagai pelengkap biar terkesan demokratis," kritiknya. 

Miing juga membagikan pengalamannya saat mengikuti Pilkada lalu. Meski dirinya diusung partai besar, tetap saja harus mencari dukungan partai lain untuk memenuhi kekurangan beberapa persen.

"Sulitnya mencari partai lain untuk mendukung ini, karena melihat isi kardusnya berapa. Otomatis menjadi biaya yang harus dikembalikan ketika sudah terpilih," kenangnya.  

Yang paling penting PT 20 persen juga memunculkan polarisasi yang hingga kini belum selesai. 

Ia juga mengungkapkan biaya politik akan murah dengan media sosial. Rasanya gak perlu lagi pakai baliho-baliho.

Baca Juga: Sandiaga Uno Siap Jegal Prabowo Subianto, Partai Gerindra Dikabarkan Retak? Begini Faktanya

"Ekspresi orang melalui media sosial atau audio visual itu gestur aura atau mata jujur atau tidak kelihatan. Kalau baliho kan editing tingkat dewa," tutup Miing. *** 

 

Editor: Tining Syamsuriah

Tags

Terkini

Terpopuler