SEPUTARTANGSEL.COM – Berita tentang utang tersembunyi Indonesia mencapai Rp245 trilun memprihatinkan banyak pihak.
Roy Suryo, pakar telematika Indonesia ikut menanggapi perihal utang Rp245 trilun yang disebut bukan utang resmi pemerintah.
Menurut Roy Suryo, jika pembayaran utang mengalami kemacetan, imbasnya tetap nama Indonesia. Tentu saja yang menanggung Indonesia.
Baca Juga: Utang Indonesia Menggunung, Dokter Andi Khomeini: Generasi Siapa yang Kudu Bayar?
“Meski ada penjelasan, bahwa ini ‘bukan utang resmi pemerintah, namun angka utang 245 trilun tersebut berasal dari BUMN, bank-bank milik negara, perusahaan patungan, dan sebagainya,” ujar Roy Suryo sebagaimana dikutip SeputarTangsel.Com dari akun Twitter @KRMTRoySuryo2, Jumat 15 Oktober 2021.
“Maka jangan salah, kalau macet yang kena imbasnya juga nama Indonesia. Jeniusnya menular ke mana-mana,” sambung Roy Suryo.
Mantan politisi Partai Demokrat tersebut seperti biasa mengakhir cuitannya khas dengan kata ‘ambyar’. Cuitan yang dituliskan tengah malam tersebut mendapat tanggapan dari banyak netizen di kolom komentar. Sebagian besar menyetujui pernyataan Roy Suryo.
“Benar.. Proyek bengkak anggarannya saja yang handle negara. Apalagi jika usaha tidak jalan sebagaimana mestinya. Jadi nggak boleh ada hidden,” ujar @WAHYU_UNIFORM.
“Dalam rumah tangga pun, kalau suami utang diam-diam, baru beberapa bulan ketahuan, ostri pasti marah kemudian suudzon dengan mengatakan ada selingkuhan. Apalagi negara yang utang diam-diam, rakyat pasti marah, karena yang bayar utang tersebut pajak dari rakyat. Bener nggak, sih?” ujar @Budionotaslim3.
Cuitan Roy didasarkan pada berita yang menyebutkan, Indonesia menjadi salah satudari ratusan negara yang mempunyai utang tersembunyi kepada China.
Perihal utang tersebut dilaporkan oleh AidDuta, sebuah lembaga riset internasional. Menurut laporan yang diumumkan, utang tersebut tidak tercatat secara resmi di pemerintahan. Utang disalurkan kepada BUMN, bank milik negara, dan bank swasta.
Nilai utang Rp245 trilun, belum termasuk utang resmi pemerintah kepada China yang mencapai Rp62,78 triliun. ***