Tiga Bersaudara Papua Dibunuh, Penyelidik HAM Meragukan Versi Resmi

7 April 2021, 06:00 WIB
Mural di Camden Town London. /Sumber: London Calling Blog/

SEPUTARTANGSEL.COM – Di Provinsi Papua pertengahan Februari 2021, Prada Ginanjar Arianda, anggota batalion komando Banteng Raiders ditembak pejuang separatis di bagian perut dan mati.

Dua puluh empat jam setelah peristiwa tersebut, aparat keamanan Papua melakukan penyisiran yang menyebabkan banyak penduduk mengungsi ke gereja-gereja. Salah satu keluarga, ada yang kehilangan tiga anggotanya sekaligus. Ketiga bersaudara yang bernama Janius, Soni, dan Yustinus Bagai disebut tewas karena serangan tentara Indonesia.

Pihak tentara Indonesia menyebutkan ketiga orang yang tewas merupakan separatis bersenjata yang mencoba merebut senjata dan dibunuh sebagai bagian dari pembelaan diri.

Baca Juga: KKP Kembali Meringkus 2 Kapal Pencuri Ikan Asal Vietnam di Laut Natuna Utara

Baca Juga: Seakan Berupaya Caplok, Aktivitas Militer China Meningkat di Dekat Taiwan

Reuters berbicara kepada lebih dari belasan orang. Termasuk seorang pastor Katolik dan pejabat pemerintah setempat, anggota keluarga dan pemantau hak asasi manusia melalui telepon dan meninjau foto-foto tubuh para korban tersebut. Sebuah laporan tentang pembunuhan oleh penyelidik hak asasi manusia di Papua dan bukti lain yang semuanya meragukan versi resmi tentang bagaimana orang-orang itu meninggal.

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pembela HAM mengatakan, pasukan keamanan alias TNI Polri telah melakukan pelanggaran berat di negerinya sendiri.

“Kami terus menerima laporan yang dapat dipercaya tentang penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh militer dan polisi, termasuk pembunuhan di luar hukum, pelecehan, penangkapan sewenang-wenang, dan penahanan penduduk asli Papua,” ujar Ravina Shamdasani, juru bicara Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia PBB.

Baca Juga: Jaringan Terorisme Menyasar Generasi Milenial, Polri Siapkan Antisipasi

Baca Juga: Menteri Luar Negeri Iran Minta Inggris dan Prancis Dukung Perjanjian Nuklir Iran di Wina

Menteri Koordinator Keamanan Indonesia Mahfud MD belum menanggapi temuan dan pertanyaan rinci yang dikirim Reuters ke kantornya pada Selasa. Terkait dengan kematian para korban itu dan kekhawatiran yang lebih luas tentang pelanggaran hak asasi manusia oleh pasukan keamanan di Papua.

Tetapi Mahfud MD mengeluarkan pernyataan kepada media yang mengatakan bahwa Papua adalah bagian dari Indonesia dan ini akan dipertahankan dengan segala cara yang diperlukan.

Pihak TNI menolak berkomentar langsung tentang peristiwa pembunuhan tiga korban itu. Juru bicara Komando Papua Kolonel Gusti Nyoman Suriastawa menjelaskan bahwa separatis sering kali beroperasi secara terselubung sebagai warga sipil. Mereka meneror wilayah yang ditempatinya.

Baca Juga: Paus Fransiskus Berharap Pembatasan Ketat Selama Pandemi Segera Dicabut

Baca Juga: Nekat, ATM Milik Kekasih Pun Tega Dibobol dan Rp 9 Juta Ludes

Sayap bersenjata separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) sendiri juga telah menewaskan sedikitnya 11 warga sipil dan melukai empat lainnya sejak Januari 2020 berdasarkan temuan kelompok hak asasi manusia dan analis,

Juru bicara OPM Sebby Sambom mengatakan bahwa pemberontakan organisasinya sah karena seharusnya Papua dijanjikan kemerdekaan oleh kekuasaan Belanda sebelum dikuasai Indonesia. Warga sipil yang dibunuh oleh OPM adalah mata-mata musuh dan menargetkan mereka adalah normal dalam situasi perang.***

Editor: Ignatius Dwiana

Tags

Terkini

Terpopuler