Didominasi Varian Delta, Para Ahli Sebut Dunia Masih Rentan terhadap Munculnya Virus Corona Jenis Baru

- 9 September 2021, 12:10 WIB
Ilustrasi virus corona, para ahli menyebut dunia masih rentan terhadap munculnya varian baru
Ilustrasi virus corona, para ahli menyebut dunia masih rentan terhadap munculnya varian baru /Pixabay/Piro4D

SEPUTARTANGSEL.COM - Kasus Covid-19 nampaknya masih belum usai, meski angka penderita yang terpapar virus Corona mulai mengalami penurunan di beberapa negara.

Saat ini para ahli yang sedang fokus meneliti varian Delta yang tengah mendominasi dunia, nampaknya dihadapkan dengan varian virus Corona lainnya yang muncul di beberapa negara.

Pengembang vaksin di Mayo Clinic, Amerika Serikat, Dr. Gregory Poland dan para ahli lainnya bahkan menyebut bahwa dunia saat ini masih rentan terhadap munculnya varian baru virus Corona.

Baca Juga: Kekayaan 5 Menteri Meningkat di Masa Pandemi Covid-19, Luhut Panjaitan dan Prabowo Terbesar Kedua dan Tiga

"Untuk mengalahkan SARS-CoV-2 kemungkinan akan membutuhkan vaksin generasi baru yang memblokir penularan, sampai saat itu dunia tetap rentan terhadap munculnya varian virus corona baru," ujar Dr. Gregory dikutip SeputarTangsel.com dari laman Reuters pada Kamis, 9 September 2021.

Para ahli menyebut, munculnya varian baru virus Corona dapat disebabkan oleh belum meratanya pemberian vaksin di berbagai negara.

Belum meratanya pemberian vaksin itu lah yang dianggap menyebabkan virus menyebar lebih cepat ke orang yang belum divaksin dan dapat mengakibatkan virus bermutasi menjadi varian baru.

Baca Juga: 3 Obat Ini Dilarang Dikonsumsi Bagi Orang yang Akan Vaksinasi Covid-19, Begini Kata Prof. Zubairi Djoerban

Terbaru, ditemukan varian Mu yang pertama kali teridentifikasi di Kolombia pada Januari 2021 lalu.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian Mu telah menyebabkan beberapa wabah yang lebih besar di Amerika Selatan dan Eropa.

Varian Mu diklaim membawa mutasi kunci E484, N501Y, dan D614G yang dikaitkan dengan peningkatan penularan dan penurunan perlindungan kekebalan.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Varian Mu Belum Ditemukan di Indonesia, Ini Strategi Pemerintah dalam Upaya Pencegahan

Sebelumnya, pada bulan Desember tahun lalu juga ditemukan varian lain bernama Lambda yang pertama kali teridentifikasi di Peru.

WHO mengklasifikasikan Lambda sebagai varian bunga, artinya membawa mutasi yang diduga menyebabkan perubahan penularan atau menyebabkan penyakit yang lebih parah, tetapi hal itu masih dalam penyelidikan.

Namun, menurut data GISAID varian Lambda telah turun secara global dalam empat minggu terakhir.

Baca Juga: Rapat Evaluasi PPKM, Jokowi : Covid-19 Tidak Mungkin Hilang Total

Begitu pun dengan varian Mu, berdasarkan buletin yang diterbitkan WHO minggu lalu sirkulasi varian Mu juga menurun secara global.

"Sirkulasi varian tersebut menurun secara global tetapi perlu dicermati dengan cermat," ujar Maria van Kerkhove kepala unit penyakit baru WHO.

Guna mencegah varian virus Corona baru muncul, para ahli berpendapat vaksinasi secara internasional harus segera ditingkatkan.

Baca Juga: Sempat Sukses Hadapi Pandemi, Kini Covid-19 Vietnam Melonjak, Alvin Lie: Kita Tak Boleh Lengah dan Sembrono

"Upaya itu harus ditingkatkan secara internasional untuk menjaga varian agar tidak muncul di antara populasi negara-negara miskin di mana sangat sedikit orang yang telah diinokulasi," kata para ahli.

Saat ini, di Indonesia sendiri tidak ditemukan kasus penderita Covid-19 yang terpapar varian Mu.

Dalam konferensi pers pada Selasa lalu jubir penanganan Covid-19 Prof. Wiku mengatakan pemerintah Indonesia akan terus berupaya untuk mencegah varian Mu masuk ke dalam negeri.

Serta meminta masyarakat untuk tatap mentaati prokes 3M dan melakukan vaksinasi sesuai anjuran pemerintah.***

Editor: Harumbi Prastya Hidayahningrum


Tags

Terkait

Terkini

x