“Jangan tiba-tiba anak dibawa ke tempat pemeriksaan atau labnya, kemudian langsung didudukan, dipegang kepalanya, dan langsung diswab, pasti anaknya kaget, ini saya mau diapain,” kata dr. Reisa.
Berikan juga pemahaman-pemahaman yang mudah dipahami oleh sang anak, sebagai contoh dalam menyebut alat swab menjadi ‘cotton bud panjang'.
Baca Juga: Aturan Baru Berlibur ke Bali, Wajib Swab PCR Hingga Rapid Tes Antigen
Kemudian dijelaskan juga fungsi dari alat itu untuk mengetahui apakah ada virus atau tidak di tubuh sang anak. Dan jangan sampai membuat si anak menjadi panik.
“Kalau saya suka kasih tahu dulu ke anak-anak itu istilahnya cotton bud panjang, nanti dimasukan cotton bud ke hidung, nanti Cuma diputar-putar di hidung, geli-geli sedikit, sakit-sakit sedikit saja, kemudian nanti segera ditarik,” jelas Dr. Reisa.
“Nanti di lubang satunya sama di mulut, habis itu sudah deh. Habis itu kita periksa ada virusnya apa nggak nih di tubuh kamu,” sambung dr. Reisa.
Lanjut Dr. Reisa, waktu yang tepat untuk anak dites swab adalah ketika mengalami gejala Covid-19, seperti batuk, demam, diare, atau kehilangan indra penciuman atau perasa.
Selain itu jika tidak mengalami gejala, bisa dites saat di sekitar si anak terdapat orang yang terkonfirmasi terkena Covid-19.
“Kalau misalnya dia ga bergejala, mungkin orang di sekitarnya dulu yang bisa dilakukan pemeriksaan. Kalau orang sekitarnya ternyata positif, maka anaknya juga harus dilakukan tes PCR,” kata Dr. Reisa.***