Markis Kido Meninggal Saat Latihan, Begini Keterangan Dokter Tirta Soal Henti Jantungnya

- 14 Juni 2021, 23:37 WIB
Profil Markis Kido dalam bulutangkis Indonesia, Pebulutangkis Hendra Setiawan Sampaikan Kabar Duka Meninggalnya Markis Kido
Profil Markis Kido dalam bulutangkis Indonesia, Pebulutangkis Hendra Setiawan Sampaikan Kabar Duka Meninggalnya Markis Kido /instagram.com/hendrasansan/

SEPUTARTANGSEL.COM- Markis Kido Pahlawan bulu tangkis Indonesia meninggal dunia 14 Juni 2021 saat sedang latihan di Tangerang.

Dikabarkan Markis Kido meninggal karena jantung saat sedang latihan bulutangkis. 

Menurut dokter Tirta, dokter yang juga influencer melalui media sosialnya @tirta_hudhi pun langsung memberikan penjelasan mengenai hal tersebut.

Baca Juga: Jakarta Genting, Pangdam Jaya, Kapolda Metro, dan Kajati DKI Malam-malam Datangi Kantor Anies Baswedan

Menurut Dokter Tirta, meninggalnya Markis Kido saat latihan ini mirip dengan kasus pesepakbola asal Denmark, Christian Erikson.

Christian Erikson mendadak jatuh dan tak sadarkan diri saat berlaga melawan Finlandia pada laga Grup B Piala EURO 2020, Sabtu 12 Juni 2021 di Stadion Parken, Kopenhagen.

Diperkirakan Markis Kido juga mengalami serangan jantung atau henti jantung.

Untuk memberikan pertolongan pada kasus jantung henti ini dengan RJP yang memiliki golden periode 10 menit.

Baca Juga: Christian Eriksen Pingsan di Euro 2020, Muamba: Dia Masih Hidup Adalah Hal Terbaik

"Henti jantung diakibatkan karena pompa jantungnya bermasalah akibat gangguna kelistrikan atau pada arteri-arteri besar pada jantung," buka dokter Tirta. 

Dokter Tirta menjelaskan penyebab henti jantung karena aktifitas yang berlebihan.

"Biasanya terjadi aktivitas berlebihan sehingga pompa jantung cuma gerak gini-gini, dan akhirnya terhambat memompa darah ke seluruh tubuh," tambah dokter Tirta. 

Dijelaskan dokter Tirta bahwa aliran darah yang dipompa dari jantung paling banyak ke otak. 

Baca Juga: Markis Kido Meninggal Dunia, Pasangan Mainnya Hendra Setiawan Ungkap Kesedihan

"Kalau otak tidak terkena suplai darah, jaringannya bisa rusak dan kehilangan kesadaran," paparnya.

Pada atlet yang memiliki aktifitas di atas rata-rata orang normal, biasanya pemeriksaan menggunkana EKG, karena dinidng-dinding jantungnya menebal. 

Pada atlet biasanya dinding itu menebal sehingga dokter-dokter rutin memeriksa dengan EKG atau Resusitasi jantung paru (RJP) untuk mengetahui kegiatan jantung pada atlet," tutupnya. ***

Editor: Tining Syamsuriah


Tags

Terkait

Terkini