Baca Juga: Prancis Tuding Vaksin Sputnik V adalah Alat Propaganda Rusia
“Meskipun saya telah membuat dua buah film sebelum Darah dan Doa, film itu (Darah dan Doa) saya rasakan sebagai film saya yang pertama karena buat pertama kalinya sebuah film diselesaikan seluruhnya baik secara teknis kreatif maupun secara ekonomis oleh anak-anak Indonesia. Buat pertama kali pula, film Indonesia mempersoalkan kejadian-kejadian yang nasional sifatnya,” Kata Usmar Ismail dalam bukunya ‘Usmar Ismail Mengupas film’.
Ada beberapa film yang dibesut oleh Usmar Ismail selain “Darah dan Doa” dan mendapat tanggapan luas.
Salah satunya adalah film “Tiga Dara”. Film itu digarap pada Maret 1956 dan bisa dikatakan sangat sukses bahkan telah direstorasi dan pernah ditayangkan ulang di TVRI.
Baca Juga: Apa Pesan Jusuf Kalla Pasca Meninjau Lokasi Serangan Bom Bunuh Diri?
Baca Juga: Menurut Survei, Istana Diyakini Tak Terlibat KLB Partai Demokrat
Film “Tiga Dara” adalah sebuah film drama musikal yang mengisahkan kemelut cinta segitiga yang dialami oleh tiga saudara kandung dimana sang kakak, Nunung (Chitra Dewi) mencintai seorang pria bernama Toto (Rendra Karno) yang sebenarnya juga disukai oleh adik Nunung, Nana (Mieke Wijaya).
Nana sebenarnya memiliki kekasih bernama Hendra (Bambang Irawan) namun ia terkesimpa oleh ketampanan Toto. Walau pada akhirnya Toto memilih untuk menikahi Nunung dan di akhir film Hendra akhirnya memaafkan kekhilafan Nana.
Tiga Dara adalah film produksi Perfini yang paling sukses dengan mendapat keuntungan Rp 10 Juta dari penjualan tiket.
Baca Juga: Keberanian Sekuriti Gereja Hadang Pelaku Bom Bunuh Diri Diapresiasi Kapolri