Norovirus Ada di Indonesia, Ini Penyebab Serta Penanganan dan Pencegahannya

20 Oktober 2020, 17:18 WIB
Ilustrasi orang terkena diare akibat Norovirus. /Foto: Pixabay/Conmongt/

SEPUTARTANGSEL.COM - Norovirus menjadi perhatian mulai dari kalangan dokter hingga masyarakat biasa di Indonesia.

Setelah beberapa waktu lalu otoritas Kesehatan China menyampaikan terjadi kejadian luar biasa (KLB) baru yang disebabkan oleh Norovirus.

Guru besar Depertemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Prof Dr. dr Ari Fahrial Syam SpPD(K) MMB, FINASIM, FACP, mengatakan bahwa Norovirus bukan virus baru di Indonesia atau bahkan di dunia.

Baca Juga: Update Corona Indonesia 20 Oktober: 2 Hari Terakhir, Kasus Baru Positif Covid-19 di Bawah 4.000

Baca Juga: Agar Tak Korupsi Setelah Terpilih, Ketua KPK Sarankan Paslon Pilkada Punya Rp65 Miliar

Menurut Ari, Norovirus menjadi penyebab utama terjadinya infeksi usus akut yang dialami oleh masyarakat di dunia.

"Virus ini sebenarnya bukan virus baru. Norovirus menjadi salah penyebab utama terjadi infeksi usus akut (gastroenteritis) di seluruh dunia," kata Ari Fahrial Syam, dikutip dari Antara, Senin 19 Oktober 2020.

Ari menyebutkan bahwa virus ini juga mulai bermunculan di Indonesia, seperti yang dilaporkan oleh peneliti Indonesia dalam Jurnal of Medical Virology bulan Mei 2020.

Baca Juga: 3 Hari Lagi Bisa Dicabut, Peserta Prakerja Gelombang 9 Harus Melakukan Ini

Baca Juga: Link Live Streaming Timnas Indonesia U-19 Indonesia vs Hajduk Split Gratis, Sore Ini

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari 91 sampel feses yang diperiksa terdapat 14 sampel atau 15,4 persen yang mengandung Norovirus.

"Sampel penelitian yang dilakukan di awal tahun 2019 ini diambil dari beberapa RS di kota Jambi. Kasus yang sama juga pernah dilaporkan dari beberapa kota di Indonesia," tutur Ari.

Menurut Ari, Norovirus ini ditularkan melalui makanan atau istilah yang digunakan food borne.

Baca Juga: Demo Omnibus Law UU Cipta Kerja Masih Terjadi, Luhut Rayu Investor Jerman ke Indonesia

Baca Juga: Ronaldo Absen di Laga Pertama Liga Champions 2020-2021, Akankah Pirlo Mainkan Dybala?

Setelah itu, timbul gejala umum ketika seseorang mengalami keracunan makanan antara lain demam, nyeri perut, diare, mual dan muntah.

Gejala klinis tersebut, menurut Ari, akan muncul dalam 24 jam setelah mengonsumsi makanan yang tercemar.

"Gejala klinis ini juga muncul pada kejadian luar biasa Norovirus yang terjadi di Tiongkok, tepatnya di Provinsi Shanxi," ujar Ari.

Berdasarkan data yang diterima dari Center for Disease Control and Prevention Tiongkok, lebih dari 30 KLB sudah terjadi sejak September 2020 dan melibatkan 1.500 kasus terutama dilaporkan ditularkan melalui kantin karena adanya makanan yang tercemar.

Baca Juga: Cuti Bersama Oktober - Desember 2020, Berikut Daftar Hari dan Tanggalnya

Baca Juga: Didemo di Jakarta, Presiden Jokowi Sambut PM Jepang di Istana Bogor

"Norovirus bukan virus baru dan bisa ditemukan di banyak negara, biasanya bermula dari restoran yang makanannya tercemar oleh Norovirus ini dan akhirnya terjadi kejadian luar biasa akibat banyak pelanggan restoran tersebut yang terinfeksi," kata Ari

Upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi KLB akibat virus ini adalah kualitas makanan yang harus tetap terjaga baik yang disediakan oleh restoran, kantin atau di rumah tangga.

Selan itu, masyarakat juga harus selalu rajin mencuci tangan pakai sabun.

"Sampai saat ini prinsip penanganan kalau terinfeksi oleh virus ini adalah memberikan obat-obatan untuk menghilangkan gejala sakit dan mencegah terjadinya dehidrasi akibat muntah dan diare. Mengganti makanan dengan yang lebih lunak seperti bubur dan menghindari makan pedas dan berlemak," tutur Ari.***

Editor: Sugih Hartanto

Tags

Terkini

Terpopuler