Bolehkah Obat Antibiotik Diberikan untuk Anak? Para Ibu Wajib Tahu

25 Februari 2022, 13:19 WIB
Ilustrasi antibiotik. /Pixabay.com/stevepb

SEPUTARTANGSEL.COM - Antibiotik sering menjadi satu paket dengan obat-obatan dari dokter. Persebaran antibiotik ini dapat dibeli di apotek, toko obat, bahkan warung di seluruh Indonesia.

Masyarakat sering kali membeli obat ini untuk pertolongan pertama pada penyakit ringan karena mudah didapat. Sering kali antibiotik diberikan tanpa petunjuk penggunaan yang benar.

Meskipun peraturan tentang penjualan antibiotik di Indonesia sudah jelas, dalam UU Obat Keras tahun 1949 di mana disebutkan bahwa yang berwenang untuk meresepkan obat antibiotik hanyalah dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.

Baca Juga: Orang Tua Wajib Pahami Stimulasi Anak Sesuai Usianya, Berikut Caranya!

Beberapa hal tentang antibiotik, ini penting untuk dicermati:

1. Jika si kecil sakit, benarkah akan lebih cepat sembuh dengan antibiotik?

Mitos mengenai antibiotik yang sering ditemui di Indonesia adalah antibiotik merupakan obat sakti yang bisa menyembuhkan semua jenis penyakit lebih cepat daripada kalau tidak menggunakan antibiotik.

Sehingga, sering kali antibiotik digunakan untuk penyakit karena infeksi virus, seperti flu, selesma atau diare akut cair.

Padahal, antibiotik sama sekali tidak efektif untuk penyakit akibat virus (sama sekali tidak bermanfaat, bahkan bisa merugikan!).

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat, termasuk pemilihan jenis antibiotik, cara dan lama pemberiannya, membuat bakteri menjadi resisten, serta makin sering konsumsi antibiotika akan makin sering jatuh sakit.

Kebiasaan menggunakan antibiotik secara tidak tepat, frekuensi pemberian yang keliru, atau waktu pemberian terlalu singkat, atau terlalu lama akan mengurangi effi cacy-nya (keampuhannya) sebagai pembunuh mikroba dan juga menimbulkan masalah resistensi yang cukup serius.

Baca Juga: Cek Lokasi Vaksin Terdekat di DKI Jakarta dengan Cara Mudah di sini

2. Apa obat gantinya jika si kecil menolak antibiotik? Obat racikan?

Ketika terbukti mengalami infeksi bakteri jahat, misalnya ISK, antibiotik harus diberikan secara tepat.

Pilihannya adalah dalam bentuk sirup untuk anak. Ketika ia menolak, Anda harus putar akal untuk membuatnya lebih ‘tolerable’ bagi anak.

Misalnya, menambahkan sedikit gula bubuk, madu (pada anak di atas usia 1 tahun), parutan buah, dll. Tidak perlu atau jangan diganti ke bentuk racikan (puyer).

3. Sampai kapan si kecil minum antibiotik?

Kalau memang anak didiagnosis menderita penyakit akibat infeksi bakteri dan membutuhkan antibiotik, antibiotika harus diberikan sesuai panduan penyakit tersebut, tepat berdasarkan diagnosis, dengan pilihan antibiotika yang tepat, serta dosis dan aturan yang tepat pula.

Baca Juga: Perbandingan Covid-19 Varian Omicron dan Delta, Mana yang Lebih Berbahaya Bagi Anak?

4. Apa akibatnya jika ia tidak menuntaskannya?

Ketika anak mengalami sakit akibat infeksi bakteri jahat, ia harus ‘membasmi’ bakteri jahat tersebut sesuai panduan (guideline) yang sudah disusun dunia kedokteran.

Jika si kecil tidak mengonsumsi antibiotik secara tuntas (misalnya karena merasa sudah lebih baik), kemungkinan besar bakteri tersebut akan menjadi resisten.

Jadi, sangat penting untuk tetap mengonsumsi antibiotik sesuai panduan penyakit dan tidak menghentikannya semata-mata karena merasa kondisi tubuh sudah membaik.

Misalnya, saat terkena infeksi bakteri TB, konsumsi antibiotika dilakukan selama 6 bulan. Atau, ketika mengalami infeksi saluran kemih (ISK), konsumsi antibiotika dilakukan selama 7 hari meski keluhan gangguan berkemih sudah terasa membaik.***

Editor: Dwi Novianto

Tags

Terkini

Terpopuler