"Nah, lu sayang-sayangin dah baba lu. Jadi anak yang nurut sama orangtua, mumpung lu masih pada punya orangtua yak? Sayang-sayangin juga temen-temen lu yang udah pada yatim... Setujuuu?" ujarnya, menyampaikan pesan yang amat membekas dalam hati.
"Setujuuu...." kompak murid-murid menjawab.
Cara yang luar biasa unik untuk menanamkan pesan. Murid diajak berdialog dan berpikir.
Hasilnya, pesan Lebaran Yatim itu tertanam hingga kini. Sekitar empat dasawarsa sesudahnya.***