Teks Khutbah Jumat: Pamer Kenikmatan dan Rasa Syukur yang Hilang

20 Agustus 2022, 09:21 WIB
Ilustrasi teks khutbah Jumat tentang pamer kenikmatan dan menghilangnya rasa syukur /Pixabay/Lograstudio/

SEPUTARTANGSEL.COM - Berikut teks khutbah Jumat singkat tentang pamer kenikmatan dan rasa syukur yang hilang.

Diketahui, Khutbah Jumat termasuk rangkaian dari ibadah Sholat Jumat.

Dalam khutbah Jumat, khatib akan menyampaikan nasihat, ajakan, informasi, dan peringatan kepada jamaah sebelum pelaksanaan sholat Jumat.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Hari Raya Idul Adha Tentang Qurban: Luruskan Niat dalam Berkurban!

Ada banyak ceramah singkat yang berisi ilmu-ilmu atau nasihat agama. Salah satunya adalah pamer kenikmatan dan rasa syukur yang hilang atau kufur nikmat.

Dikutip SeputarTangsel.com dari laman lirboyo.net, berikut teks khutbah jumat singkat tentang pamer kenikmatan dan rasa syukur yang hilang.

Khutbah I

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Hadirin sidang jumat rahimakumullah

Pada siang yang diberkahi ini, alhamdulillah kita bisa berjumpa lagi dalam ikatan ukhuwah Islamiyyah dengan kondisi sehat wal afiyah.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Sambut Hari Raya Idul Adha 1443 H: Keutamaan di Bulan Dzulhijjah

Pertama-tama, khatib tak henti-hentinya berpesan ketakwaan kepada diri khatib sendiri khususnya dan jamaah sekalian secara umum.

Takwa dengan semaksimal mungkin menjauhi perkara yang dilarang agama dan menjalankan perintah-Nya.

Kita tahu manusia tak luput dari salah dan dosa, namun sebaik-baiknya pendosa adalah menyadari dosa dan salahnya kemudian diiringi dengan permohonan ampun dan amal saleh.

Baca Juga: Bolehkah Makmum Masbuk Langsung Ruku atau Sujud Ikuti Imam Tanpa Takbiratul Ihram? Ini Penjelasannya

Shalawat serta salam semoga tercurah ke pangkuan junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang beriman hingga akhir zaman.

Hadirin rahimakumullah...

Dalam diri manusia terdapat ruh yang memiliki sifat suci, cenderung kepada kesejatian (hakikat) dan lebih dekat dengan Allah.

Baca Juga: Jangan Salah Kaprah, Ini Batas Dapat Satu Rakaat untuk Makmum Masbuk Menurut Buya yahya

Akal berfungsi untuk berfikir, mengingat, menghitung dan berlogika. Hati berfungsi untuk meyakini (beriman), mencintai, membenci, empati, dan hal-hal yang berhubungan dengan rasa.

Sedangkan nafsu merupakan energi jiwa yang berpotensi pada kesenangan dan kemarahan (nafs al-ammarah).

Itulah struktur kita sebagai manusia. Jika semua bekerja sesuai porsinya, manusia akan mendapatkan posisi mulia. Begitu pun sebaliknya.

Baca Juga: Hukum dan Dalil Ketika Wudhu Tanpa Kenakan Busana, Buya Yahya: Sah Tapi...

Segala yang kita miliki di dunia ini sejatinya bukanlah milik kita. Rumah, kendaraan, kesehatan, anak, istri dan kemewahan hidup lainnya bahkan diri kita sendiri bukanlah milik kita, semua itu titipan, boleh kapan saja Sang Penitip mengambilnya kembali.

Kita tau semua itu, namun seringnya kita terlena dan lupa. Terlalu menikmati titipan hingga merasa memilikinya dan tak rela jika diambil kembali, inilah benih-benih hubbud dunya yang tumbuh subur dalam jiwa tanpa kita sadari.

Jika kita bisa menyadari bahwa hingga jiwa kita ini pun sejatinya merupakan titipan, maka kita akan tahu kalau di sana terdapat amanah yang harus ditunaikan dan menjadi tanggung jawab kita. Kita akan menjumpai waktu penagihan dan laporan pertanggungjawaban itu kelak.

Baca Juga: CDC AS Selidiki Wabah Bakter E.Coli di Beberapa Negara Bagian yang Timpa Pelanggan Wendy's

Sidang jumat rahimakumullah...

Amanah yang kita emban dari segala bentuk titipan Allah ini adalah sifat menghambakan diri kepada-Nya dan mengorientasikan segala tindak-tanduk kita hanya kepada-Nya, tiada lain. Begitulah sikap dan sifat seorang hamba seharusnya.

Namun dalam kenyataannya kita terus diintai dengan bahaya sifat hati seperti hasad atau iri-dengki dengan anugerah yang Allah berikan kepada teman atau saudara kita.

Baca Juga: Harga Emas Pegadaian Hari Ini Sabtu 20 Agustus 2022: Antam dan UBS Turun Tipis

Dan yang tak kalah membahayakannya juga yakni penyakit ujub, membanggakan diri sendiri maupun potensi-potensi yang ada dalam diri, seperti harta, anak, jabatan atau pangkat dan sebagainya.

Allah SWT memperingatkan kita dalam Q.S Al Munafiqun: 9

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah SWT. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.”

Jika tubuh kita ini terkena penyakit, maka segala hal akan kita curahkan untuk kesembuhannya, berapa pun harus dibayar dan kemanapun perjalanan harus ditempuh.

Namun sayang, sedikit dari kita yang mempedulikan penyakit-penyakit hati seperti macam di atas, itu hanya beberapa saja.

Baca Juga: Niat dan Bacaan Puasa Tasua dan Asyura 2022, Jatuh Pada Tanggal Berapa?

Padahal jumlah penyakit hati ini tak kalah banyak dengan penyakit yang mengenai fisik kita. Justru penyakit hati lebih mengerikan.

Parahnya lagi, mungkin sebagian besar manusia mengidap penyakit seperti ini. Apalagi dampaknya akan terus terbawa hingga di alam akhirat.

Hadirin rahimakumullah...

Agama memerintahkan kita agar mensyukuri segala anugerah hidup ini dan menjanjikan akan melipatkan pemberian-Nya jika kita bisa bersyukur. Firman-Nya dalam surat Ibrahim : 7

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”

Luapan syukur kita adalah dengan memanfaatkan semua nikmat ini demi kebaikan dan penghambaan.

Baca Juga: Buya Yahya Tanggapi Soal Kasus Baku Tembak Sesama Polisi yang Tewaskan Brigadir J: Jangan Jadi Kambing Hitam

Bukan justru menjadikannya sebagai alat dan media untuk bermaksiat, pamer dan menyombongkan diri kepada orang lain yang kurang beruntung.

Alih-alih disebut nikmat, justru yang demikian bisa menjadi penyebab kebinasaan seseorang.

Sehingga jangan terkejut jika kita menjumpai seseorang yang berperilaku kurang baik namun bergelimangan dengan nikmat dan hidup yang tenang, boleh jadi itu adalah istidraj dari Allah, agar ia semakin jauh.

Baca Juga: Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Ferdy Sambo Diproses, Irsum Polri: dalam Proses Pemberkasan

Meski begitu, kita tidak boleh untuk menaruh prasangka buruk kepada orang lain, mari kita tetap bermawas diri, bahwa diri ini masih terlalu jauh dari kata baik, sehingga akan terus berupaya untuk berbenah. Sebagai penutup, sebuah pepatah mengatakan ;

النَاسُ نِيَامٌ فَإِذَا مَاتُوْا اِنْتَبَهُوا

“Manusia itu tengah lelap dalam tidur, ketika mati mereka akan tersadar.”

Padahal di saat itu, tidak ada lagi kesempatan, yang ada hanya penyesalan, buah dari tidurnya yang terlalu lama.

Semoga hidayah Allah akan selalu mengalir dalam setiap lini hembusan nafas kehidupan kita. Amin.


جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِينَ الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكُمْ فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بِرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Khutbah II

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،

اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ، وَعَلٰى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَارْضَ اللهم عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضٰالِّيْنَ وَلاَ مُضِلِّيْنَ، اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وآمِنْ رَّوْعَاتِنَا وَاكْفِنَا مَا أَهَمَّنَا وَقِنَا شَرَّ ما نَتَخوَّفُ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبٰى ويَنْهٰى عَنِ الفَحْشٰاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Demikian teks khutbah Jumat singkat tentang pamer kenikmatan dan rasa syukur yang hilang.***

Editor: Dwi Novianto

Tags

Terkini

Terpopuler