Sejarah Puasa Ramadhan Pertama, Bikin Putus Buntut Setan

3 April 2021, 20:56 WIB
ARSIP - Suasana iktikaf 10 hari terakhir Ramadan 1439 H di Masjid Raya Bani Umar, Bintaro, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). /- Foto: Seputartangsel/Sugih Hartanto

SEPUTARTANGSEL.COM - Beberapa hari lagi umat Islam di seluruh dunia akan melaksanakan puasa Ramadhan.

Segala persiapan dilakukan untuk menyambut bulan Ramadhan, secara fisik dan rohani.

Perintah berpuasa di bulan Ramadhan tersebut, diketahui ada di dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 183:

Baca Juga: Kabar Duka, 50 Orang Dilaporkan Tewas Atas Kecelakaan Kereta Paling Mematikan di Taiwan

Baca Juga: Teddy Gusnaidi Kritik Keras Jokowi dalam Hadapi Terorisme: Begitu Aja Terus sampai Kehilangan Indonesia

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar bertakwa.”

Dikutip SeputarTangsel.Com dari laman Kemenag, puasa Ramadhan pertama kali diwajibkan kepada umat Nabi Muhammad SAW pada bulan Syaban tahun kedua Hijriah.

Saat itu, Rasulullah sedang membangun negara atau pemerintahan berdasarkan tuntunan Islam di Madinah.

Baca Juga: Wow, Pemerintah Perluas Relaksasi PPnBM Kendaraan Bermotor

Baca Juga: Politisi Benny K Harman Sebut Yesus Radikal di Twitter, Ferdinand Hutahaean: Saya Sedih Baca Cuitan Ini

Pertama kali mendapat perintah puasa penuh selama sebulan, Rasulullah Muhammad SAW berdialog dengan sahabat-sahabatnya.

“Maukah kalian kuberi tahu tentang sesuatu, yang mana jika kalian melakukannya, kalian akan dijauhkan dari setan sejauh jarak antara Timur dan Barat?” ucap Nabi Muhammad SAW

“Mau, beritahukanlah kepada kami,” sahut para sahabat, menjawab pertanyaan Rasulullah.

Baca Juga: Junta Militer Blokir Layanan Internet dan Komunikasi, Picu Situasi Kekerasan di Myanmar Semakin Memburuk

“Sesuatu itu adalah puasa. Puasa mampu menghitamkan wajah setan, sedangkan sedekah mampu mematahkan tulang punggung setan. Cinta karena Allah dan membantu orang-orang lain dalam melakukan perbuatan-perbuatan baik mampu memutuskan buntut setan. Sedangkan memohon ampunan Allah dapat membelah tulang belakangnya. Bagi segala sesuatu ada zakatnya, dan zakat tubuh adalah puasa,” jelas Rasullah Muhammad SAW.

Pertama kali dilaksanakan, puasa Ramadhan dilaksanakan mulai dari Isya hingga Maghrib keesokan harinya. Jadi kaum muslimin hanya diperbolehkan berbuka, makan, minum, dan melakukan hubungan suami istri hingga saat shalat Isya dan tidur.

Namun, praktik puasa yang demikian ternyata memberatkan. Allah kemudian menurunkan aturan berpuasa dalam surat Al Baqarah 187.

Baca Juga: Penjual Senjata ke Tersangka Teroris Mabes Polri, Zakiah Aini Ditangkap Polisi di Aceh

“... Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beritikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa.”

Dari buku Misteri Bulan Ramadhan tulisan Yusuf Burhanudin yang dikutip SeputarTangsel.Com, diketahui bahwa umat Islam sudah berpuasa sunnah sebelum ada kewajiban puasa di bulan Ramadhan.

Saat Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa setiap tanggal 10 Muharam.

Baca Juga: Politisi Partai Demokrat, Rachland Nashidik Minta PDIP Segera Bangun Solidaritas untuk Rakyat Myanmar

Ketika ditanya, orang-orang Yahudi menerangkan, tanggal tersebut merupakan hari di mana Allah menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya dari kejaran Firaun.

Nabi Musa berpuasa setiap tanggal tersebut sebagai wujud rasa syukur. Rasulullah kemudian memerintahkan umatnya untuk ikut berpuasa setiap tanggal 10 Muharam.

Selain itu, ada pula puasa Nabi Daud yang dilaksanakan selang sehari selama satu tahun. ***

Editor: Sugih Hartanto

Tags

Terkini

Terpopuler