Kudeta Militer Hancurkan Impian Pelajar Kejar Pendidikan Tinggi di Myanmar  

- 4 November 2021, 12:50 WIB
Unjuk rasa dan konflik terus terjadi setelah kudeta militer Myanmar Februari 2021, pendidikan tinggi kena imbasnya
Unjuk rasa dan konflik terus terjadi setelah kudeta militer Myanmar Februari 2021, pendidikan tinggi kena imbasnya /Foto: Reuters/ Stringer/

“Kalau kita bicara pendidikan, semuanya macet di Myanmar,” ujar Bawi Za, mahasiswa dari Negara Bagian Chin yang juga gagal melanjutkan studi ke AS untuk program magister,

Baca Juga: Konvoi Militer Myanmar Diserang Bom oleh Para Pembangkang  

“Ini seperti tidak ada harapan bagi pemuda dan pelajar Myanmar,” sambung Bawi Za.

Sebagai informasi, ketika militer pertama kali merebut kekuasaan di Myanmar tahun 1962, negara itu mengalami kemiskinan dan isolasi. Dampak buruknya juga melanda sektor pendidikan.

Militer saat itu sangat ketat mengawasi informasi dan universitas. Bahkan, beberapa lembaga pendidikan ditutup dalam waktu lama.

Pada 1988, para mahasiswa universitas di Yangon melakukan aksi protes. Tindakan tersebut dihadapi dengan kekerasan mematikan dan penangkapan. Perguruan tinggi lalu ditutup hingga 12 tahun setelahnya.

Baca Juga: Fadli Zon ke BNPT: RI Akui Pemerintahan Kudeta Thailand dan Myanmar, Kok Takut Taliban?

Sejak saat itu, ribuan pelajar dan mahasiswa menuju daerah perbatasan terpencil untuk berlatih sebagai pejuang revolusioner bersama organisasi etnis bersenjata.

Kini, kondisi kembali kepada masa-masa suram tersebut. Bagi pemuda yang fokus mengejar pendidikan tinggi di luar negeri, kudeta telah menciptakan masalah baru.

Selain kesulitan mengurus transkrip nilai, mereka terbentur dengan komunikasi, di mana militer telah berulang kali mematikan internet. Mereka juga terancam tidak bisa memperoleh visa pelajar secara langsung. ***

Halaman:

Editor: Tining Syamsuriah


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x