reports of another school shooting in Russia; this time at Perm State University. Russian agencies say there are casualties. pic.twitter.com/jkeyGDLO05— Mike Eckel (@Mike_Eckel) September 20, 2021
Universitas yang menjadi tempat belajar 12.000 mahasiswa ini mengatakan sebanyak 3.000 orang berada di kampus di saat penembakan itu terjadi. Mereka mendesak siapapun di tempat yang bisa pergi untuk segera meninggalkan kampus.
Meski Rusia memiliki pembatasan ketat pada warga sipil dalam kepemilikan senjata api, ada beberapa jenis senjata yang tersedia untuk keperluan khusus seperti berburu, pertahanan diri, atau olahraga. Para calon pemilik harus mengikuti tes dan melewati persyaratan tertentu terlebih dahulu.
Berbagai senjata api tersebut juga bisa dimodifikasi untuk menembakkan tipe amunisi lainnya.
"Seperti yang terlihat, kami sedang membicarakan tentang beberapa penyimpangan yang terjadi pada seorang lelaki muda yang telah melakukan pembunuhan ini, dan saya pikir para ahli harus mengurus ini dan memahami apa sebab di balik tragedi ini," ungkap juru bicara kepresidenan Rusia Dmitry Peskov.
Baca Juga: BMKG Peringati Ancaman Tsunami Nontektonik, Waspadai Wilayah Ini
Penembakan di lingkungan sekolah dan universitas jarang terjadi di Rusia. Pada 11 Mei tahun ini, seorang remaja di Kazan membunuh tujuh anak-anak dan dua guru di sebuah sekolah. Insiden ini memicu presiden Vladimir Putin untuk mengetatkan hukum kepemilikan senjata api.
Setelah terjadinya penembakan di Kazan, Rusia menaikkan batas legal umur untuk membeli senjata api dari 18 menjadi 21 tahun. Namun hukum baru ini belum kunjung disahkan.
Dua insiden tersebut adalah kasus penembakan di lingkungan sekolah yang paling mematikan sejak tahun 2018, di mana seorang mahasiswa di sebuah universitas di daerah aneksasi Rusia, Crimea membunuh 20 orang sebelum melakukan bunuh diri dengan senjatanya sendiri.***