Banyak Miliarder Makin Kaya di Tengah Pandemi Covid-19, Bagaimana Caranya?

- 3 Desember 2020, 06:35 WIB
Gambar Sampul Laporan ‘Kekayaan Miliarder versus Kesehatan Masyarakat’
Gambar Sampul Laporan ‘Kekayaan Miliarder versus Kesehatan Masyarakat’ /Foto: Inequality /

SEPUTARTANGSEL.COM - Miliarder dunia mengalami peningkatan kekayaan selama pandemi Covid-19.

Pada saat yang sama, banyak orang kehilangan nyawa, kesehatan, dan mata pencaharian mereka.

Sejumlah miliarder dan perusahaan kekayaannya melonjak ke level tertinggi. Hal itu sebagian akibat dari status monopoli dan kesempatan selama masa pandemi.

Baca Juga: Sempat Bersitegang dengan Brimob, FPI Akhirnya Menerima Surat Panggilan Kedua untuk Habib Rizieq

Baca Juga: Habib Rizieq Hadapi Banyak Masalah, Ini Kata Dubes Arab Saudi yang Sebetulnya Terjadi di Mekkah

Misalnya, Walmart, Target, dan Amazon diuntungkan dari posisi monopoli mereka dalam perekonomian. Ketiga retail itu dianggap penting sementara pesaing ritel mereka ditutup.

Namun kesuksesan bisnis mereka belum diterjemahkan ke dalam upah yang lebih baik atau kondisi kerja yang lebih aman bagi pekerja yang muncul untuk bekerja di masa pandemi.

Sementara itu, perusahaan ekuitas swasta telah membeli bisnis penting di industri perawatan kesehatan, toko bahan makanan, dan perawatan hewan peliharaan.

Baca Juga: Hore, Dana Tapera Bagi Pensiunan PNS dan Ahli Waris Bisa Dicairkan, Begini Caranya

Baca Juga: Heboh, Seorang Habaib Asal Papua Peringatkan Pemerintah Presiden Jokowi

Hanya untuk memangkas biaya secara agresif, menghemat keselamatan pekerja, dan membebani perusahaan dengan hutang untuk meningkatkan keuntungan mereka sendiri.

Ratusan ribu pekerja esensial yang dipekerjakan perusahaan-perusahaan ini tetap rentan. Para pekerja garis depan ini mempertaruhkan hidup mereka setiap hari untuk melakukan pekerjaan yang meningkatkan kekayaan perusahaan.

Perusahaan seharusnya melakukan lebih banyak hal secara signifikan untuk melindungi pekerjanya karena pemilik dan eksekutifnya terus meraup miliaran.

Baca Juga: Kasus Pemeriksaan Habib Rizieq, Moeldoko: Tidak Perlu Unjuk Kekuatan dan Harus Taat Hukum

Baca Juga: Sekolah Tatap Muka Dibuka Awal 2021, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo: Belum Semua Bisa

Laporan ‘Kekayaan Miliarder versus Kesehatan Masyarakat’ dibuat Bargaining for the Common Good, Institute for Policy Studies, dan United for Respect itu mengidentifikasi belasan perusahaan yang kekayaannya meningkat tetapi tidak memadai memberikan perlindungan bagi para pekerjanya. Seperti dikutip dari Inequality.

Temuan Laporan

Dalam laporan itu disebutkan bahwa pada 17 November, kekayaan gabungan 647 miliuner Amerikat Serikat meningkat hampir $ 960 miliar sejak pertengahan Maret, awal dari pandemi lockdown. Kekayaan mereka meningkat hampir $ 1 triliun dalam waktu kurang dari setahun.

Di samping itu, sejak Maret lahir 33 miliarder baru di Amerikat Serikat.

Mereka termasuk retail seperti Walmart, Amazon, Target, dan Dollar Tree and Dollar Store, Instacart, dan produsen makanan seperti Tyson Foods.

Baca Juga: Viral Azan Hayya Alal Jihad, PP Muhammadiyah Minta Aparat Segera Bertindak

Baca Juga: Tolak Mengheningkan Cipta untuk Maradona, Pesepakbola Wanita asal Spanyol Diancam Pembunuhan

Juga termasuk raksasa investasi BlackRock dan firma ekuitas swasta seperti Leonard Green Partners, Blackstone, Kohlberg, Kravis Roberts & Co, Cerberus Capital, BC Partners, dan CVC Capital Partners.

Perusahaan ekuitas swasta itu memiliki beberapa perusahaan perawatan kesehatan penting, toko bahan makanan, dan pemasok hewan peliharaan.

Tanggung Jawab ke Pekerja dan Warga Komunitas

Laporan itu menyebutkan bahwa perusahaan, miliarder pemilik, dan investor harus memiliki tanggung jawab untuk melindungi pekerja mereka selama masa pandemi yang luar biasa ini. Juga warga komunitas.

Baca Juga: Azan 'Hayya Alal Jihad' Viral di Media Sosial, Begini Kata FPI

Baca Juga: Habib Rizieq Muncul di Video, Ini yang Diucapkannya

Keuntungan di masa pandemi harus dikendalikan pembuat kebijakan. Dengan memungut pajak kekayaan pandemi darurat pada miliarder dan perlindungan dana bagi pekerja esensial.

Membentuk komite pengawasan dan menerapkan persyaratan pada perusahaan yang menerima dukungan keuangan pandemi federal.

Termasuk persyaratan untuk mempertahankan pekerja, mempertahankan hak pekerja, dan menerapkan kebijakan dan prosedur untuk melindungi pekerja dari paparan virus.

Baca Juga: Fenomenal, Setahun Pertama, Pikiran Rakyat Media Network Melahirkan 140 Inkubator Mediapreneur

Baca Juga: Papua Barat Deklarasi Kemerdekaan, DPR RI: Jangan Dianggap Remeh

Perusahaan harus memberikan biaya darurat tambahan minimal. Memberikan tunjangan cuti sakit bagi pekerja untuk tinggal di rumah saat sakit, karantina saat terpapar, merawat orang terkasih yang sakit, dan cuti berkabung yang dibayar bagi mereka yang anggota keluarganya meninggal karena Covid-19.

Di samping itu, juga membentuk dewan kesehatan di tempat kerja untuk memungkinkan pekerja berpartisipasi secara aktif dalam memantau kondisi tempat kerja mereka.

Alat pelindung diri (APD) berkualitas tinggi tanpa biaya untuk semua pekerja penting mereka harus disediakan dan diganti secara teratur.

Baca Juga: Benny Wenda Jadi Presiden Sementara Papua Barat: Kami Siap Menjalankan Negara Kami

Baca Juga: Kecewa Prabowo Jadi Menteri Jokowi, Ridwan Saidi: Gak Ada Persediaan Maaf Buat Dia

Laporan itu menilai keharusan perusahaan untuk melindungi pekerja esensial. Dengan membentuk komisi tentang pekerja esensial dengan perwakilan beragam pekerja.

Lalu mengesahkan undang-undang hak pekerja esensial yang dikembangkan bekerja sama dengan organisasi pekerja di tingkat lokal, negara bagian, dan federal.

Juga mengesahkan pembentukan dewan kesehatan tempat kerja sehingga pekerja dapat memantau dan berpartisipasi dalam penegakan kepatuhan terhadap peraturan dan pedoman kesehatan dan keselamatan.***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

x