SEPUTARTANGSEL.COM - Tekanan terhadap Rusia masih terus dilakukan oleh negara Eropa termasuk Jerman dan begitu pula sebaliknya.
Beberapa waktu lalu Rusia mengancam akan menghentikan pasokan energi berupa gas pada negara Eropa bila tak dapat membayar tagihan dalam mata uang rubel dan Jerman menjadi salah satunya.
Setelah Polandia menjadi negara pertama yang mengalami penghentian pasokan gas dari Rusia karena merupakan sekutu Ukraina, kini giliran Jerman.
Meskipun belum ada pernyataan resmi terkait penghentian pasokan gas Rusia, akan tetapi Jerman telah membuat rencana untuk menghadapi kemungkinan tersebut.
Dilansir SeputarTangsel.com dari Reuters, Selasa 10 Mei 2022 diketahui bahwa pejabat Jerman secara diam-diam telah mempersiapkan langkah bila terjadi penghentian mendadak gas Rusia dengan paket darurat termasuk pengambilan kendali atas perusahaan-perusahaan penting.
Persiapan terhadap kewaspadaan pasokan gas telah dilakukan oleh Kementerian Urusan Ekonomi Jerman karena merupakan penggerak ekonomi terbesar Eropa.
Pasokan gas menjadi sangat penting dalam produksi baja, plastik, dan mobil di negara Eropa.
Baca Juga: Microsoft Akan Bantu Biaya Perjalanan Karyawannya di Amerika Serikat untuk Aborsi
Diketahui pada tahun 2021 lalu Jerman mengimpor sebanyak 55% kebutuhan gas dalam negerinya dari Rusia.
Kini Jerman berada dalam tekanan untuk melepaskan hubungan bisnis dengan Rusia karena dianggap membantu mendanai perang di Ukraina.
Namun Jerman mengatakan ingin menghentikan pasokan gas Rusia pada pertengahan 2024 karena sebagian besar kebutuhan masih bergantung pada Moskow.
Hingga kini belum ada kejelasan kapan Rusia akan menghentikan pasokan gasnya ke Jerman, akan tetapi Berlin berusaha mengatasi hal tersebut lebih awal.
Baca Juga: Ferdinand Marcos Jr Menangi Pemilu Filipina, Kembalikan Dinasti Marcos ke Tampuk Kekuasaan
Jerman kini tengah membahas kemungkinan melakukan pengambil alihan kendali kilang PCK yang dioperasikan oleh Rosneft Rusia (ROSN.MM) di Schwedt dekat Polandia.
Pihak Rosneft Rusia belum memberikan tanggapan atas tindakan yang mungkin dilakukan oleh Jerman tersebut.***