Presiden AS Joe Biden Ungkap Putin 'Tidak Bisa Tetap Berkuasa' dalam Pidato Tentang Perang di Ukraina

27 Maret 2022, 09:29 WIB
Joe Biden singgung Vladimir Putin dalam pidatonya di Ukraina /Foto: REUTERS/Jonathan Ernst/

SEPUTARTANGSEL.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengungkakan dalam pidatonya di Polandia pada Sabtu, 26 Maret 2022 bahwa pemimpin Rusia Vladimir Putin "tidak dapat tetap berkuasa".

Menurut pernyataan seorang pejabat Gedung Putih, apa yang dimaksud dari pidato Joe Biden tersebut adalah mempersiapkan negara-negara demokrasi dunia untuk konflik berkepanjangan atas Ukraina, bukan kembali pada perubahan rezim di Rusia.

Komentar Joe Biden pada hari Sabtu tersebut, termasuk dalam pernyataan pada hari sebelumnya yang menyebut Putin sebagai "tukang daging," merupakan kekecewaan AS terhadap invasi yang dilakukan Moskow terhadap Ukraina.

Baca Juga: Kremlin: Rusia Hanya Akan Gunakan Senjata Nuklir Bila Terancam

Dilansir SeputarTangsel.Com dari Reuters pada Minggu, 27 Maret 2022, dalam pidato utama yang disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat di Istana Kerajaan Warsawa, Polandia, Joe Biden mulai mengecam otoritas Vladimir Putin.

Joe Biden membangkitkan empat dekade Polandia di balik Tirai Besi dalam upaya membangun kasus bahwa demokrasi dunia harus segera menghadapi Rusia yang otokratis sebagai ancaman terhadap keamanan dan kebebasan global.

Namun sebuah pernyataan di akhir pidatonya, Joe Biden mengangkat momok eskalasi oleh Washington yang telah menghindari keterlibatan militer langsung di Ukraina.

Baca Juga: Militer Ukraina Peringatkan Warganya untuk Siap Hadapi Tembakan Pasukan Rusia yang Membabi Buta

Joe Biden secara khusus mengungkapkan bahwa tindakan Washington itu tidak mendukung perubahan rezim, ia juga mengatakan Putin tidak bisa tetap berkuasa.

"Demi Tuhan, orang ini tidak bisa tetap berkuasa," kata Biden kepada kerumunan di Warsawa setelah mengutuk perang selama sebulan di Ukraina.

Pejabat Gedung Putih mengatakan pernyataan Biden tidak mewakili perubahan dalam kebijakan Washington.

Menurut pejabat Gedung Putih tersebut, Biden hanya bermaksud untuk tidak mengijinkan Putin menjalankan otoritasnya di tetangganya (Ukraina) atau wilayahnya (Rusia).

Baca Juga: Australia Larang Ekspor Alumina ke Rusia Imbas Serangan ke Ukraina

"Maksud Presiden adalah bahwa Putin tidak dapat diizinkan untuk menjalankan kekuasaan atas tetangganya atau wilayahnya," kata pejabat itu.

"Dia tidak membahas kekuatan Putin di Rusia, atau perubahan rezim,” lanjutnya.

Ditanya tentang komentar Biden, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengungkapkan bahwa itu bukan Biden yang memutuskan, tetapi Presiden Rusia dipilih oleh Rusia (hanya Rusia yang berhak untuk memutuskan).

"Itu bukan Biden untuk memutuskan. Presiden Rusia dipilih oleh Rusia," kata juru bicara Kremlin.

Baca Juga: Ukraina Tolak Serahkan Mariupol meski Rusia Peringatkan 'Malapetaka' Kemanusiaan

Dalam pidatonya juga, Biden menyebut perang melawan Putin sebagai "pertempuran baru untuk kebebasan," menurut Biden, keinginan Putin adalah untuk "kekuatan absolut", yang  merupakan kegagalan strategis bagi Rusia dan tantangan langsung bagi perdamaian Eropa yang sebagian besar telah berlaku sejak Perang Dunia Kedua.

Karena bagi Presiden Amerika Serikat tersebut, Barat sudah menjadi lebih kuat dan bersatu daripada sebelumnya, saat perang dunia kedua terjadi.

"Barat sekarang lebih kuat, lebih bersatu dari sebelumnya," kata Biden.

"Pertempuran ini juga tidak akan dimenangkan dalam beberapa hari atau bulan. Kita perlu menguatkan diri untuk pertarungan panjang di depan," lanjut Biden.

RBaca Juga: Tiga Negara Baltik Usir 10 Diplomat Rusia Sebagai Bentuk Solidaritas untuk Ukraina

Pidato itu muncul setelah tiga hari pertemuan di Eropa dengan G7, Dewan Eropa dan sekutu NATO, dan berlangsung kira-kira pada saat yang sama ketika roket menghujani kota Lviv di Ukraina barat, hanya 60 kilometer (40 mil) dari Polandia dan juga berbatasan.

Ketika kejadian yang menimpa Ukraina, Briden menganggap bahwa perlawanan yang dilakukan oleh Ukraina adalah bagian dari perjuangan untuk menjadi prinsip-prinsip demokrasi esensial yang menyatukan negara-negara demokratis dunia.

"Perlawanan berani mereka adalah bagian dari perjuangan yang lebih besar untuk prinsip-prinsip demokrasi esensial yang menyatukan semua orang bebas," kata Biden.

"Kami mendukungmu. Titik," lanjutnya.

Dalam pidatonya, Biden mengatakan NATO adalah aliansi keamanan defensif yang tidak pernah mencari kehancuran Rusia.

Biden juga menegaskan kembali bahwa Barat tidak memiliki keinginan untuk menyakiti rakyat Rusia bahkan ketika sanksinya mengancam untuk melumpuhkan ekonomi mereka.

Polandia berada di bawah kekuasaan komunis selama empat dekade hingga 1989 dan merupakan anggota aliansi keamanan Pakta Warsawa yang dipimpin Moskow.

Setelah banyaknya perang yang terjadi, sekarang Polandia sudah menjadi bagian dari Uni Eropa dan NATO.

Munculnya populisme sayap kanan di Polandia dalam beberapa tahun terakhir telah menempatkannya dalam konflik dengan UE dan Washington.

Tetapi kekhawatiran akan Rusia yang menekan di luar perbatasannya telah menarik Polandia lebih dekat ke sekutu Baratnya.

Berbicara kepada kerumunan yang memegang bendera AS, Polandia, dan Ukraina, Biden mengatakan Barat bertindak serempak karena "beratnya ancaman" terhadap perdamaian global.

"Pertempuran untuk demokrasi tidak dapat diakhiri dan tidak diakhiri dengan berakhirnya Perang Dingin," kata Biden.

"Selama 30 tahun terakhir, kekuatan otokrasi telah bangkit kembali di seluruh dunia," lanjutnya.

Reaksi yang diterima dari pidato yang dibawakan oleh Briden beragam di Warsawa. Salah satunya Mykyta Hubo, seorang Ukraina dari Dnipro yang telah tinggal di Polandia selama beberapa tahun menyebut pidato itu "biasa": "Banyak bicara, sedikit tindakan," katanya.

Adapun seperti Pawel Sterninski yang melakukan perjalanan hampir tiga jam ke Warsawa dari tempat lain di polandia hanya untuk mendengarkan pidato Briden, sambil membawa bendera AS.

Menurut Pawel AS tidak dapat benar-benar terlibat secara militer karena itu dapat mengakibatkan perang dunia ketiga, dan juga pergerakan Putin tidak dapat diprediksi.

"AS tidak dapat benar-benar terlibat secara militer karena itu dapat mengakibatkan perang dunia ketiga. Putin tidak dapat diprediksi. Jika Anda mengancam dengan senjata nuklir, hanya perlu beberapa saat untuk berubah menjadi konflik global," kata Pawel menanggapi pidato Briden.

Menurut menteri luar negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, di hari sebelumnya Biden menghadiri pertemuan dengan menteri luar negeri dan pertahanan Ukraina, ia membuat janji keamanan tambahan yang tidak ditentukan untuk mengembangkan kerja sama pertahanan,.

Di Warsawa, Biden juga mengunjungi pusat penerimaan pengungsi di stadion nasional. Lebih dari 2 juta orang telah melarikan diri dari perang ke Polandia.

Secara keseluruhan, sekitar 3,8 juta telah meninggalkan Ukraina sejak pertempuran dimulai pada 24 Februari 2022 lalu.

Putin juga sempat menyebutkan bahwa tindakan militer Rusia di Ukraina sebagai "operasi militer khusus" untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" negara itu.***

Editor: H Prastya

Tags

Terkini

Terpopuler