Hubungan AS - China Makin Tegang, Diplomat Korea Selatan Bujuk Beijing untuk Tinjau Kebijakan Nuklir Korut

2 April 2021, 19:33 WIB
Kolase Potret Menteri Luar Negeri Korea Selatan Chung Eui-yong (kiri) dan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi (kanan). /Foto: Alexander Zemlianichenk/Francis Malasig/Pool via Reuters/

SEPUTARTANGSEL.COM - Amerika Serikat (AS) saat ini tengah bersiap untuk mengumumkan terkait tinjauan kebijakannya di Korea Utara.

Hal inilah yang akhirnya mendorong Menteri Luar Negeri (Menlu) Korea Selatan untuk melakukan perjalanan menuju China agar dapat kembali menyeimbangkan hubungan antara Washington dan Beijing yang sempat renggang.

Pertemuan antar Menlu Korea Selatan Chung Eui Yong dan Menlu China Wang Yi akan diselenggarakan di Xiamen pada hari sabtu, 3 April 2021, di Provinsi Tenggara Fujian.

Baca Juga: Viral Pamer Pistol, Koboi Jalanan Diringkus Polisi di Parkiran Mal

Baca Juga: Bocah 9 Tahun Tewas dalam Penembakan Massal di Kantor Developer

Dalam pertemuan tersebut, nantinya kedua pejabat negara itu akan membahas terkait permasalahan regional, termasuk denuklirisasi Korea Utara.

Seperti yang diketahui bahwasanya ketegangan antara Amerika Serikat dan China disebabkan adanya persaingan yang ketat dalam dunia perdagangan dan teknologi.

Hal itu, kemudian disusul dengan adanya penentangan dari Amerika Serikat kepada China terkait adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap kaum muslim Uighur di Xinjiang.

Baca Juga: Ali Mochtar Ngabalin Minta Tak Desak Jokowi untuk Pecat Moeldoko, Ahli: Sudah Tidak Dipercaya Publik

Baca Juga: Kebakaran Kilang Minyak Pertamina di Balongan Indramayu Diduga karena Serangan Teroris, Begini Faktanya

Demi dapat membujuk Korea Utara agar bersedia menyerahkan senjata nuklirnya, Amerika Serikat pun segera mendesak Korea Selatan untuk mempengaruhi China.

Sementara itu, Korea Selatan harus dihadapkan dengan posisi sulit karena terjebak di antara dua kekuatan besar, mengingat Negara Ginseng itu harus membuktikan kepada sekutunya, Amerika Serikat, untuk melawan Beijing. Tetapi, di waktu yang bersamaan harus menjaga hubungan ekonomi dengan China sebagai mitra dagang terbesarnya.

"Kunjungan Korea Selatan menuju China ini sebagai bukti bahwa kami tetap melanjutkan komunikasi strategis dengan negara-negara yang berada di sekitar Semenanjung Korea. Selanjutnya, menyusul agenda pertemuan dengan para menteri luar negeri AS dan Rusia," kata pihak Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, seperti dikutip Seputartangsel.com dari Nikkei Asia pada Jumat, 2 April 2021.

Baca Juga: Lagi-lagi, Inggris Temukan 30 Kasus Pembekuan Darah Usai Penggunaan Vaksin AstraZeneca

Kunjungan Chung ke China tersebut bertepatan dengan diselenggarakannya pertemuan Trilateral.

Adapun dialog Trilateral tersebut dihadiri oleh Penasihat Keamanan Nasional AS US Jake Sullivan bersama dengan Jenderal Sekretariat Keamanan Nasional Jepang Shigeru Kitamura dan Penasihat Keamanan Nasional Republik Korea Suh Hoon, di Akademi Angkatan Laut AS, Naval Academy di Annapolis, Maryland, pada Jumat, 2 April 2021.

"Kami berharap dengan pertemuan itu bisa berkontribusi untuk mencapai rencana strategi yang terkoordinasi dan realistis terkait kebijakan Korea Utara antara Republik Korea dan AS serta memperkuat aliansi," tutur Gedung Biru alias Blue House, Istana Kepresidenan Korea Selatan.

Menurut pejabat senior AS, Negara Paman Sam itu tengah melakukan peninjauan tahap akhir terkait kebijakan Korea Utara dan tengah berkonsultasi dengan Jepang dan Korea Selatan terkait hal itu.

Baca Juga: Total Kerugian dari Kebakaran Kilang Minyak Pertamina di Balongan, Indramayu Ditaksir Segini

Sebelumnya, AS dan Korea Selatan dikabarkan telah membuat kemajuan dalam meningkatkan
sistem pertahanan anti rudal milik AS, Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di wilayah Wonsan, Korea Selatan, meski menyadari hal tersebut yang menjadi penyebab putusnya hubungan diplomatiknya dengan Beijing.

Selain itu, faktor yang memperumit tindakan koordinasi di Korea Utara, yaitu hubungan yang sulit antara Tokyo dan Seoul atas warisan kependudukan Jepang di Semanjung Korea pada tahun 1910 hingga 1945, dan kedaulatan pulau-pulau kecil d kawasan Laut Jepang.***

Editor: Muhammad Hafid

Tags

Terkini

Terpopuler