The Queen’s Gambit Tayang di Netflix, Angkat Isu Diskriminasi pada Perempuan

15 November 2020, 17:44 WIB
Ilustrasi The Queen's Gambit. /Foto: Arsip Netflix/

SEPUTARTANGSEL.COM – The Queen’s Gambit, drama serial Amerika, mulai tayang di platform Netflix sejak Jumat, 23 Oktober 2020.

Cerita dari drama ini dibuat berdasarkan novel fiksi karya Walter Telvis dengan judul yang sama.

Disutradarai oleh Scott Frank dan Allan Scott, drama ini berlatar belakang di Amerika Serikat pada sekitar tahun 1960-an.

Baca Juga: BLT Bantuan Presiden Untuk UMKM Diperpanjang Hingga 2021, Ketua DPD Minta Pelaku Usaha Berinovasi

Baca Juga: Disetujui Kemenkeu, Subsidi GTK Non PNS Kemenag Rp1,152 Triliun Segera Cair

Drama yang dibintangi oleh Anya Taylor-Joy dan Thomas Brodie-Sangster ini bercerita tentang seorang gadis bernama Beth Harmon.

Harmon adalah anak yatim piatu yang berusaha meraih gelar pemain catur terbaik di dunia.

Dikisahkan, Harmon adalah seorang gadis yang memiliki masalah gangguan emosional, serta ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan.

Baca Juga: Tegas! Satpol PP DKI Denda FPI Rp50 Juta Akibat Pelanggaran Prokes di Acara Maulid Nabi

Baca Juga: Anggota TNI Jadi Korban Begal Sepeda di Bintaro, Tangsel

Ketergantungan Harmon pada obat-obatan berawal sejak dia tiba di panti asuhan pascakematian ibunya akibat kecelakaan.

The Queen’s Gambit memiliki alur dan jalan cerita yang sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari rating di IMDb yang menyentuh angka 8.8/10.

Meski berlatar cerita pada tahun 60-an, The Queen’s Gambit mampu mengangkat isu yang masih sangat relevan dengan kondisi saat ini.

Baca Juga: Kabar Gembira, Sebentar Lagi Bantuan Subsidi Gaji Bagi Guru Madrasah Non PNS Cair

Baca Juga: Presiden Turkmenistan Abadikan Anjing Favoritnya dengan Patung Emas Raksasa

Berbeda dari drama pada umumnya, The Queen’s Gambit banyak berbicara tentang masalah diskriminasi pada perempuan.

Diskriminasi ini dialami oleh Harmon bahkan sejak awal cerita. Mr. Sheibel (Bill Camp), petugas kebersihan di panti tempat Harmon tinggal berkata bahwa perempuan tidak bermain catur.

Selain itu, Harmon juga beberapa kali mengalami tindakan yang diskriminatif di pertandingan.

Baca Juga: Dinilai Berjasa, Puan Maharani Diangkat Jadi Warga Kehormatan Korps Brimob Polri

Baca Juga: Begini Cara Daftar BLT UMKM Atau BPUM Rp2,4 Juta, Syarat dan Cara Cek Penerima

Harmon tidak jarang diremehkan oleh para pecatur lain yang mayoritasnya adalah laki-laki. Meski begitu, Harmon tetap fokus pada mimpinya untuk menjadi seorang grand master.

Dengan kecerdasan dan kesungguhannya dalam bermain catur, Harmon pun disegani oleh banyak orang. Bahkan pecatur Amerika terbaik saat itu, Benny Watts pun kagum terhadap permainan Harmon.

Pada realitanya, hingga saat ini perempuan masih banyak mengalami diskriminasi. Perempuan seringkali dianggap sebagai makhluk yang lemah dan irasional.

Baca Juga: Begini Cara Cek Penerima Bantuan Subsidi Upah BPJS Ketenagakerjaan Gelombang 2

Baca Juga: Hasil UEFA Nations League: Portugal Keok di Kandang Sendiri, Jerman Raih Poin Penuh atas Ukraina

Kehadiran drama ini membawa angin segar karena mengandung banyak nilai positif.

Pemeran utama yang digambarkan sebagai sosok progresif dengan kecerdasan dan karier yang cemerlang dapat dijadikan tolak ukur baru.

Baca Juga: Menikah Nanti Sore, Ini Agenda Sule dan Nathalie Holscher Sebelum Ijab Kabul

Baca Juga: Kelakar Habib Rizieq, Sindir Nikita Mirzani hingga Sebut Omnibus Law Mirip Kuitansi Warung Kopi

Diharapkan dengan semakin banyaknya drama yang mengangkat isu tentang diskriminasi, maka akan terjadi pergeseran nilai budaya ke arah yang lebih baik.

Terlebih dengan adanya emansipasi, perempuan diharapkan mampu untuk lebih berdaya sehingga mampu terlepas dari belenggu diskriminasi.***

Editor: Sugih Hartanto

Tags

Terkini

Terpopuler