Imbas Perang Rusia dan Ukraina, Harga Gandum Melonjak Terdampak Inflasi

10 Maret 2022, 10:44 WIB
Ilustrasi gandum yang harganya melonjak imbas perang Rusia dengan Ukraina /pixabay/vugarahmadov/

SEPUTARTANGSEL.COM - Setelah harga kedelai, minyak goreng, daging sapi, kini orang bersiap-siap menerima kemungkinan harga tepung terigu akan melonjak.

Gejala inflasi global adalah salah satu alasan kenaikan harga pangan, termasuk yang sudah terjadi pada kedelai impor. Kekhawatiran itu disebabkan peristiwa perang di Ukraina.

Ukraina babak belur dan lumpuh, sementara Rusia mendapat sanksi ekonomi dari negara-negara Barat.

Baca Juga: Harga Minyak Tembus 110 Dolar AS pada Kamis Pagi, Imbas Invasi Rusia ke Ukraina

Padahal, baik Ukraina maupun Rusia adalah pengekspor gandum, yang memasok 30 persen dari kebutuhan pasar ekspor global.

Begitu perang meletus, lalu lintas kapal kargo di Laut Hitam menyusut.

Kapal-kapal kargo menjauh baik dari pelabuhan di Ukraina maupun Rusia.

Baca Juga: Imbas Serang Ukraina, NYSE Hentikan Perdagangan Saham Berbasis di Rusia

Padahal, pelabuhan di Laut Hitam itu pintu gerbang keluar masuk barang dari kedua negara ke kawasan Eropa Barat, Asia, dan Afrika.

Harga gandum di The Chicago Board of Trade (CBOT) melesat naik 40 persen untuk penyerahan satu bulan ke depan.

Perang Ukraina-Rusia itu tentu akan membawa akibat buruk bagi perekonomian dunia, termasuk Indonesia.

"Perang antardua negara tersebut tentunya berdampak pada perekonomian dunia dan menyebabkan harga sejumlah komoditas seperti minyak, gas, dan gandum akan naik," kata Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi dikutip SeputarTangsel.Com dari laman indonesia.go.id pada Kamis, 10 Maret 2022.

Mendag Muhammad Lutfi mengatakan bahwa pemerintah sedang mempersiapkan jurus mitigasi atas aktivitas perdagangan terkait perang Rusia-Ukraina.

Mitigasi yang dimaksud ialah menyiapkan sejumlah alternatif yang bisa dilakukan, guna menyasar pasar ekspor dan juga aktivitas impor yang selama ini melibatkan Indonesia dengan dua negara tersebut.

Indonesia ialah importir gandum Ukraina, utamanya sejak 2017.

Baca Juga: Mata Uang Euro Perlahan Pulih di Asia Setelah Jatuh Saat Invasi Rusia ke Ukraina

Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) menyatakan, pasokan gandum untuk industri dan konsumsi dalam negeri cukup aman.

Terkait invasi militer Rusia ke Ukraina, Direktur Eksekutif Aptindo Ratna Sari Loppies menyatakan, pengusaha tengah berkomunikasi dengan mitra produsen gandum selain Ukraina dan Rusia untuk memastikan pasokannya aman.

"Soal terhambatnya pasokan dari Ukraina, kita tidak perlu khawatir karena stok dari produsen lain masih banyak," kata Ratna.

Harga gandum sendiri terus mengalami kenaikan, pada setahun terakhir ini mengikuti arus inflasi di banyak negara produsen.

Harga terigu pun otomatis naik, dalam pembentukan harga terigu, unsur harga gandum berkontribusi sampai 82 persen.

Maka, di sepanjang Januari hingga September 2021, harga tepung terigu protein tinggi telah naik 6 persen, dan terigu protein rendah naik 15 persen.

Toh, kenaikan harga terigu itu masih belum cukup untuk mengejar kenaikan harga gandum.

Sejauh ini belum ada isyarat bahwa Aptindo akan segera menaikkan harga terigunya.

Namun, tak hanya bursa The Chicago Board of Trade (CBT) yang memasang harga gandum melesat sampai 40 persen.

International Grains Council (IGC) Market Indicator pun melaporkan, harga gandum di pasar dunia sudah mencapai USD335 per ton pada Maret 2022, yang berarti ada kenaikan 46 persen.

Invasi Rusia menyumbang kenaikan 12 persen, dan membuat harga gandum pun mendekati angka tertinggi dalam 14 tahun terakhir.

Gandum adalah komoditas yang praktis sepanjang tahun diproduksi.

Pada Maret ini, Brazil, Argentina, Uruguay, dan Australia tengah panen raya.

Sebentar lagi, matahari bergeser ke Utara, dan giliran negara-negara di belahan dunia Utara akan memetik hasil panen pertamanya.***

Editor: Dwi Novianto

Tags

Terkini

Terpopuler