Harga Minyak Tembus 110 Dolar AS pada Kamis Pagi, Imbas Invasi Rusia ke Ukraina

3 Maret 2022, 09:51 WIB
Ilustrasi kilang minyak /Dok. Reuters/

SEPUTARTANGSEL.COM - Harga Minyak terus naik hingga melebihi 110 Dolar AS per barelnya pada perdagangan Kamis pagi, 3 Maret 2022.

Hal ini dipicu karena Invasi Rusia di Ukraina minggu lalu. Pasar berekspektasi bahwa gara-gara perang yang terjadi, minyak akan tetap kekurangan pasokannya untuk bulan-bulan mendatang.

Menyusul dengan adanya sanksi terhadap Moscow dan banyaknya penarikan dana (divestasi) oleh perusahaan besar dari aset minyak Rusia.

Baca Juga: Fasilitas Minyak Dan Gas Ukraina Terbakar Usai Diserang, Saat Negara Bagian Barat Sibuk Buat Sanksi Rusia

Dilansir SeputarTangsel.Com dari Antara pada Kamis, 3 Maret 2022, minyak mentah berjangka Bernt untuk pengiriman hingga bulan Mei mencapai tingkat tertinggi yaitu 113,94 Dolar AS per barel.

Sebelum menetap dan melonjak kembali sebesar 7,96 Dolar AS atau 7,6 persen, menjadi sebesar 112,93 Dolar AS per barelnya.

Sedangkan untuk minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk bulan April, telah mencapai nominal tertingginya 112.51 Dolar AS per barelnya.

Baca Juga: 2 Saksi Kunci Kasus Tumpahan Minyak Montara Meninggal Dunia Usai Berikan Kesaksian

Lalu ditutup menjadi 7,19 dolar AS per barelnya atau 7,0 persen lebih tinggi, yang mencapai 110,60 Dolar AS per barelnya.

Pasar reli saat ini sedang menutup perdagangan dengan skala besar. Berpatok pada minyak mentah di Brent yang mengakhiri hari pada penutupan tertinggi sejak bulan Juni 2014.

Kenaikan minyak mentah di Brent mencapai 15 persen di minggu ini, sementara AS merupakan yang tertinggi sejak bulan Mei 2011.

Alasan ini dilakukan untuk menghambat kemampuan ekspor dari Rusia, yang ekspornya menyumbang sekitar 8,0 persen dari pasokan global.

Baca Juga: Sama-sama di Bawah Sanksi AS, Iran dan Venezuela Sepakat Barter Minyak dengan Kondensat

Setara dengan empat juta sampai lima juta barel per hari, lebih banyak dari negara manapun setelah Arab Saudi.

Walaupun reli minyak melonjak drastis tetapi tidak menargetkan sektor energi secara khusus, sanksi ini diberikan hanya untuk menghambat perekonomian Rusia saja.

Karena Barat telah menanggapi invasi Moscow dengan berbagai sanksi yang menargetkan transaksi keuangan dan bank, yang dirancang untuk memukul perekonomian Rusia.

Permintaan untuk minyak di seluruh dunia saat ini, secara kasar telah mencapai tingkat pra-pandemi dan adanya pasokan yang tidak memadai.

Menyebabkan sebagian negara-negara besar menurunkan persedian mereka untuk menutupi kekurangan yang terjadi.

Nilai minyak mentah terkemuka yang diperdagangkan di seluruh dunia, seperti Laut Utara dan Timur Tengah telah mencapai rekor tertinggi melebihi Brent.***

Editor: Dwi Novianto

Tags

Terkini

Terpopuler