Pada turnamen Thomas Cup 1984, ia ikut berperan serta membawa Indonesia berhasil merebut kembali supremasi bulu tangkis beregu itu dari juara bertahan China, bersama Liem Swie King, Hastomo Arbi, Hadiayanto, Kartono, Heryanto, Cristian Hadinata, dan Hadibowo.
Sebagaimana dilaporkan dalam buku "Sejarah 15 Olahragawan Terpopuler di Indonesia (1967-1987)" titel juara dunia itu dinilai Icuk terlalu cepat, sebab secara psikologis ia belum siap menerima penghargaan setinggi itu.
"Saya terlalu cepat menjadi juara. Harusnya saya baru mencapai prestasi puncak pada 1984 atau 1985. Nyatanya saya menjadi juara dunia sebelum waktunya," kata Icuk.
Bernostalgia momen 37 tahun yang lalu sepertinya menandakan bahwa kita sudah rindu menanti kapan lagi sekiranya bisa menyaksikan All Indonesian Final pada sebuah kejuaraan terhormat dan bergengsi seperti Kejuaraan Dunia Bulutangkis?
Baca Juga: Update Covid-19 6 Mei: Pasien Sembuh Tambah, Tapi Kasus Positif Baru Lebih Banyak
(*)