LIPI: Banyak Jejak Tsunami Berulang Sejak Ratusan Tahun Lalu di Pantai Selatan Jawa

- 26 September 2020, 08:19 WIB
Ilustrasi tsunami. Peneliti LIPI mengungkapkan, banyak jejak tsunami berulang sejak ratusan tahun lalu di pantai Selatan Jawa.
Ilustrasi tsunami. Peneliti LIPI mengungkapkan, banyak jejak tsunami berulang sejak ratusan tahun lalu di pantai Selatan Jawa. /Foto: Pexels/George Desipris/

SEPUTARTANGSEL.COM - Pengembangan wilayah pesisir selatan Jawa sebagai pusat-pusat perekonomian dipastikan akan meningkatkan risiko bencananya. Khususnya tsunami. 

Hal ini disampaikan Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto.

Dia mengatakan, sudah selayaknya pemerintah menghitung ulang analisis risikonya sehingga upaya pengurangan risiko dapat dilakukan menyatu dengan segala kegiatan pembangunan.

Baca Juga: Lihat Merchant Baru ShopeePay Minggu Ini untuk Sambut Gajian

Dengan demikian pembangunan tetap dapat dilakukan bukan saja berdasarkan atas asas manfaat namun juga di atas prinsip keberlanjutan. Perlu mitigasi bencana dalam menyikapi potensi bencana yang ada di Indonesia.

"Bencana selalu berulang, menimbulkan kerugian harta dan jiwa sangat besar," tutur Eko Yulianto seperti dikutip Seputartangsel.com dari Antara pada Jumat, 25 September 2020. 

Setiap kegiatan pembangunan, katanya, harus menempatkan pengurangan risiko sebagai modalitas utamanya.

Baca Juga: Nah Loh, Mulai 1 November Berlaku Tilang Elektronik ETLE di Jalan Margonda Depok

"Hasil analisis risikolah yang dapat digunakan sebagai alasan apakah sebuah proyek pembangunan harus dihentikan, boleh dilanjutkan, atau boleh dilanjutkan dengan syarat," ujar Eko Yulianto.

Dia menerangkan bahwa gempa dan tsunami raksasa akan berulang di jalur-jalur tunjaman lempeng.

Jalur-jalur ini akan tetap menghasilkan gempa dan tsunami raksasa di masa datang. Tiap-tiap jalur memiliki waktu perulangan ratusan hingga ribuan tahun.

Baca Juga: Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 10 Jadi Dibuka Atau Tidak?

Tim Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI meneliti tsunami purba sejak 2006 di pantai Lebak, Pangandaran, Cilacap, Kutoarjo, Kulonprogo dan Pacitan.

Endapan tsunami berumur 300 tahun ditemukan di sepanjang pantai itu. Di Lebak, tsunami tersebut mengendapkan batang-batang kayu di suatu rawa 1,5 kilometer  dari garis pantai.

Di Pangandaran, tsunami itu menghancurkan mangrove. Penelitian di lokasi bandara baru Kulonprogo menemukan pasir yang kaya akan jasad renik penghuni laut dalam, foraminifera dan radiolaria.

Baca Juga: Kasus Positif Covid-19 dan Sembuh Sama-sama Pecah Rekor

Lokasi-lokasi endapan tsunami purba tersebut berada hingga 2,5 km dari garis pantai. Artinya, tsunami merangsek daratan setidaknya sampai 2,5 km.

Eko Yulianto menuturkan jika lempeng di selatan Jawa sepanjang 800 km bergeser, gempa magnitudo 9 dapat terjadi.

Sebagai gambaran, tsunami Aceh 2004 dipicu gempa magnitudo 9,1 akibat pergeseran lempeng sepanjang 1.300 km. Tsunami Jepang 2011 dipicu gempa magnitudo 9 akibat pergeseran lempeng sepanjang 500 km.

Baca Juga: Bantuan Subsidi Upah Tahap 4 Sudah Cair, Ini Cara Cek Jika Belum Masuk Rekening

Dari hitungan hipotetik MacCaffrey, yang merupakan seorang ahli geofisika Amerika, jalur subduksi selatan Jawa berpotensi memicu gempa magnitudo 9,6 yang berulang 675 tahun sekali.

Kalkulasi serupa untuk pantai barat Sumatera adalah 525 tahun. Penelitian tsunami berhasil mengkonfirmasi hitungan hipotetik itu, bahwa tsunami serupa 2004 pernah terjadi 550 tahun lalu.***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x