Rizal Ramli: Pemimpin Malas Baca dan Dikitari Penasihat ABS, Bakal Gagap dan Ambyar Saat Krisis

- 10 Juli 2020, 11:58 WIB
Ekonom senior, Rizal Ramli.
Ekonom senior, Rizal Ramli. /- Foto: Twitter @RamliRizal

SEPUTARTANGSEL.COM - Ekonom senior Rizal Ramli kembali berceloteh soal kepemimpinan.

Kali ini, Rizal menyebut ciri-ciri dari pemimpin negara yang hebat.

Menurutnya, pemimpin yang hebat harus dikelilingi oleh penasihat yang hebat dan pintar.

Baca Juga: Harga Emas Antam Jumat 10 Juli 2020 Turun Rp3.000 Jadi Rp937.000 per Gram

Rizal menontohkan di antaranya mantan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy, Presiden pertama Indonesia Soekarno, serta Presiden kedua Indonesia Soeharto.

"Pemimpin-pemimpin hebat biasanya dikelilingi penasihat-penasihat pintar dan hebat. (Contohnya) John F. Kennedy, Bung Karno, Soeharto, dan sebagainya," cuit Rizal melalui akun Twitter-nya @RamliRizal, Kamis 9 Juli 2020.

Menurut mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman di era Presiden Jokowi jilid 1 ini membeberkan, sebenarnya John F. Kennedy tidak terlalu hebat, namun ia memiliki penasihat yang berkelas.

Baca Juga: Kini hadir di Netflix, Ini Sinopsis Film Imperfect Karya Ernest Prakasa

Rizal pun turut menyindir pemimpin yang malas membaca sehingga membuat dirinya gagap ketika dihadapkan pada krisis.

"JFK waktu kuliah biasa-biasa saja, tapi penasihatnya top. Ada pimpinan yang merasa ‘hebat’, padahal malas baca, advisor-advisor hanya hadiah pernah bantu. Ya jadinya gagap, apalagi krisis," sindirnya.

Selanjutnya, Rizal mengungkapkan bukti pemimpin lain yang memiliki penasihat hebat.

Baca Juga: POPULER HARI INI: Merapi Menunjukkan Gejala Akan Meletus Hingga Ridho Ilahi Negatif Narkoba

Kali ini adalah mantan Presiden Amerika Serikat Richard Nixon yang pernah tersandung kasus Watergate di tahun 1972.

"Presiden Nixon jago politik dan masalah dalam negeri AS, tapi buta politik luar negeri. Dia sampai ngemis 3 kali minta (Henry) Kissinger (diplomat AS) gabung," ucap Rizal.

Tidak berhenti sampai situ, mantan Menteri Ekonomi era Presiden Gus Dur itu juga menjelaskan penasihat-penasihat di era Soeharto.

Baca Juga: Ilmuwan: Efektif Mengurangi Risiko Penularan Covid-19 Hingga 65 Persen, Semua Harus Pakai Masker

Kala itu, Soeharto yang merupakan jendral teruji tahu diri bahwa dirinya lemah di bidang ekonomi dan sosial.

Alhasil, Soeharto memilih Widjojo Nitisastro dan kawan-kawan untuk membantu dalam bidang ekonomi.

Sementara itu, Prof. Selo Soemardjan dan Prof. Koentjaraningrat dipilih Soeharto untuk memberi nasihat di bidang sosiologi dan antropologi.

Baca Juga: Waspada, Ada Tanda-tanda Gunung Merapi di Perbatasan Jateng-DIY Akan Meletus

Lagi-lagi, Rizal menyindir pemimpin yang tidak suka membaca karena dianggap berbanding terbalik dengan pemimpin-pemimpin terdahulu.

"Ada yang tidak doyan baca, dikitari ABS (Asal Bapak Senang) dan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Ya gagap, ambyar," cuit Rizal.

Sebelumnya, pemimpin-pemimpin pergerakan Indonesia memang terkenal rajin membaca pengalaman dari seluruh dunia.

Rizal menyebut ada HOS Tjokroaminoto, Soekarno, Moh. Hatta, Moh. Natsir, Ali Sostro, Agus Salim, dan Sutan Syahrir.

Tidak sedikit pula dari mereka yang membaca secara otodidak.

Baca Juga: Pemain Film Glee Naya Rivera Dikabarkan Tenggelam di Danau Piru, California

Hal ini disebabkan mereka semua memiliki karakter yang kuat karena ditempa oleh perjuangan yang panjang dan sense of mission yang kuat.

Dan yang terakhir, ada Soekarno yang pernah minta penjaranya dipindahkan demi bisa membaca buku.

"Ketika Soekarno dipenjara di Banceui, dia menulis surat kepada Gubernur Jendral supaya dipindahkan ke penjara Sukamiskin, penjara khusus untuk Belanda. Hanya karena di situ banyak buku dan perpustakaan," tulis pria yang rajin mengkritik pemerintah tersebut.

"Bung Karno, insinyur yang banyak baca. Ketika dibuang ke Ende, Flores, makin banyak yang dibaca," tandasnya.***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

x