Tanggapi Tragedi kanjuruhan, Dokter Spesialis Ortopedi: Dipukuli Nggak Bikin Ratusan Orang Meninggal

- 2 Oktober 2022, 10:37 WIB
Polisi menembakkan gas air mata kepada suporter sepak boladi tragedi Kanjuruhan, Sabtu 1 Oktober 2022.
Polisi menembakkan gas air mata kepada suporter sepak boladi tragedi Kanjuruhan, Sabtu 1 Oktober 2022. /Aribowo Sucipto/Antara

SEPUTARTANGSEL.COM - Peristiwa Sabtu malam, 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan Malang mengejutkan banyak pihak.

Tragedi Kanjuruhan kembali membuat sepak bola Indonesia berkabung dengan tewasnya 127 orang, usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya.

Mereka sebagian besar adalah suporter. Lainnya adalah polisi yang mengamankan di lapangan.

Baca Juga: Penonton di Stadion Kepanjen Malang Rusuh, 127 Orang Meninggal Dunia, Netizen: FIFA Larang Pakai Gas Air Mata

Kronologi peristiwa tragedi Kanjuruhan sendiri masih simpang siur. Ada yang menyebut, mereka yang tewas karena aksi pemukulan. Beberapa ada yang mengatakan, gas air mata menjadi faktor utama.

Dokter Spesialis Ortopedi atau Bedah Tulang, Asa Ibrahim menanggapi peristiwa yang merenggut banyak korban tersebut.

Dokter menyangkal, dipukuli dapat menyebabkan korban tewas sebegitu banyak.

"Dipukuli engga bikin ratusan orang meninggal," ujar Dokter Asa Ibrahim sebagaimana dikutip SeputarTangsel.Com dari akun Twittwe @asaibrahim, Minggu 2 Oktober 2022.

Baca Juga: 127 Orang Tewas dalam Tragedi Kanjuruhan, Fadli Zon: Harus Ada Investigasi Serius

Menurutnya, berdesakan menyebabkan sesak napas karena kekurangan oksigen yang membuat ratusan orang meninggal dunia.

"Berdesakan, sesak napas, kekurangan oksigen yang bikin ratusan orang meninggal," kata Dokter.

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, semoga semua yg meningal diterima di sisiNya dan semoga kejadian ini jadi pembelajaran kita semua ke depannya," ucap Dokter Asa.

Dalam cuitan selanjutnya dokter yang mengaku neneknya pun meninggal saat berdesakan di Terowongan Mina di Mekkah tahun 1990 ini menjelaskan, bagaimana berdesakan bisa menyebabkan kematian.

Baca Juga: Keji, Rizky Billar Lakukan KDRT dan Perselingkuhan, Bukti Visum dan Kondisi Lesti Kejora Mengenaskan

"Berdesakan akan menyebabkan penurunan jumlah oksigen yg bisa kita hirup, kondisi kekurangan oksigen/hypoxia akan menyebabkan penurunan kesadaran akibat suplai oksigen ke otak menurun, org kemudian pingsan, jatuh, trus terinjak2, semakin parah kondisinya, sampai dgn meninggal," terang Dokter Asa.

Kondisi kekurangan oksigen pada otak bisa menyebabkan penurunan kesadaran hanya dalam satu sampai dua menit.

Dengan demikian, badan orang akan menjadi lemas dan tidak bisa mempertahankan diri dari desakan. Oksigen makin berkurang sampai akhirnya dia meninggal.

Baca Juga: Satgas TPPO Gagalkan 22 Orang Dijual dari Pamulang Tangsel ke Kamboja

Pada akhir cuitannya, dokter pun memberi tips untuk ahli kesehatan yang memberikan pertolongan. 

Mereka seharusnya menolong jalan napas pasien.

Sementara itu, untuk Anda yang berada dalam keramaian dan dalam kondisi genting, Dokter Asa memberikan saran pula. 

Baca Juga: Jadwal Sholat Wilayah Jakarta Minggu 2 Oktober, Cek Waktunya di Sini

"Sehingga mungkin pesan untuk teman2 semua, jika pada suatu kondisi genting teman2 melihat kerumunan massa yg sgt banyak/ berdesakan, sebisa mungkin harus cari ruang/ menyingkir (jika memungkinkan)," pungkasnya. ***

Editor: Nani Herawati


Tags

Terkait

Terkini